Budaya
Dogdog Pertanda Ramadhan Pulang, Lebaran Datang
Sahur…, sahur…,
Sahur…, sahur…,
Suara itu memecah dini hari. Suaranya menelusup rumah-rumah yang penghuninya masih terlelap. Suara itu terasa nyaring di setiap pintu rumah. Jika kebetulan penghuni rumah terbangun dan membukakan pintu, maka akan tampak iring-iringan pemuda dan anak-anak. Di antara mereka ada yang memikul karung.
Sahur…sahur…
Sahur… sahur…
Mereka tak hanya meneriakkan sahur, tapi juga mendendangkan shalawat diiringi alat musik seperti gendang, rebana, genjring, beduk atau orkes.
Bagi orang Kuningan, iring-iringan itu sebagai pertanda Ramadhan akan segera usai. Mereka menamai iringan itu sebagai dogdog.
Dogdog adalah sekelompok pemuda dan anak-anak. Di berbagai desa di Kuningan, memiliki nama lain. Ada yang menyebutnya mupul, perelek, koprek, dan obrog.
Iring-iringan bertugas membangunkan sahur. Mereka bernyanyi dan menabuh alat musik sekitar pukul 01:00. Tak hanya malam, pada saat matahari meninggi, hal itu mereka lakukan pula pada pukul 10:00 hingga sore. Biasanya mereka keliling kompleks atau desa atau bahkan bisa lebih jauh lagi.
Dogdog merupakan kebiasaan yang dilakukan saat mendekati lebaran. Di Kecamatan Kuningan biasanya berlangsung H-10 Lebaran. Di Kecamatan Darma H-2. Di Kecamatan Cidahu tiap seminggu sekali.
Dogdog atau yang disebut dengan obrog yang dilakukan saat siang hari adalah semacam pemungutan biaya sukarela atas jasa mereka mereka membangunkan sahur. Iringan itu menyambangi setiap rumah yang dilaluinya.
Tuan rumah yang dilalui mereka biasanya menyiapkan uang receh dan beras secukupnya. Namun, tak sedikit pula ada tuan rumah yang menutup pintu rapat-rapat dan tak menghiraukan teriakan mereka di depan pintu.
Pandemi Covid-19 memicu kebangkitan dogdog di Kuningan. Tradisi yang sempat hilang itu, tahun lalu bangkit kembali. Tahun lalu, dalam sehari bisa sepuluh kelompok dogdog menyambangi pintu rumah. Tahun ini menurun, hanya 2 sampai 3 kelompok saja.
“Kenapa melakukan itu panas-panas keliling sana sini,” tanya saya kepada salah seorang anak iringan itu.
Menurutnya, ada kebahagiaan tersendiri. Selain karena dilakukan secara beramai-ramai tentu rasa lelah, panas, tidak akan terasa dan terkesan dihiraukan. Dan juga tentu tujuan utama yaitu mendapatkan uang sebagai tambah-tambah uang jajan.
Menurutnya, upah dalam bentuk uang mereka bagi rata kepada setiap anggota iringan. Termasuk menyisihkan uang sewa alat-alat musik pengiring dogdog. Sementara beras yang didapatkan mereka sumbangkan ke masjid terdekat untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. [Sri Melynda/NU Jabar]
- Teknologi2 tahun ago
SamFW Tool 4.0 Tool Gratis FRP Samsung Cukup Satu Klik
- legal2 tahun ago
Dimana Ada Proyek Wajib Ada Papan Proyek, Ini Dasar Hukumnya
- Umum1 minggu ago
Gerakan Pangan Murah di Kabupaten Cirebon Hadirkan Solusi bagi Masyarakat
- Umum1 minggu ago
Viral di Medsos, Oknum Anggota DPRD Kabupaten Cirebon Diduga Lakukan Pelecehan Seksual
- Lifestyle1 minggu ago
Program Pembangunan Pemkab Cirebon Diminta Sesuai Kebutuhan Penyandang Disabilitas
- Budaya1 minggu ago
Tradisi Memitu Indramayu Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia
- Ekbis2 minggu ago
Serikat Buruh Cirebon Timur Temui Pj Bupati Bahas Regulasi Upah Minimum
- Ekbis1 minggu ago
Kuningan Diganjar Penghargaan Pinunjul Award 2024 dari BI Jabar