Connect with us

Budaya

Tradisi Sedekah Bumi Babarit Meriahkan Hari Jadi Kuningan ke-524

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.ID – Sebagai rangkaian perayaan Milangkala Hari Jadi Kuningan ke-524, pemkab setempat menggelar tradisi sedekah bumi atau babarit di halaman pendopo, Minggu (28/08).

Istilah babarit sendiri berasal dari kata ‘babar‘ yang artinya dilahirkan.

Kegiatan itu merupakan adat istiadat yang turun-temurun masyarakat sunda terutama warga Kuningan yang terus dilestarikan keberadaannya.

Istilah babarit juga akronim dari kata ‘ngababarkeun ririwit‘ yang artinya melenyapkan kesusahan atau bisa disebut juga ‘salametan bumi‘ alias sedekah bumi dimana masyarakat akan menuangkan rasa syukurnya terhadap alam, leluhur dan Sang Pencipta.

Ribuan masyarakat Kuningan tumpah ruang menyaksikan tradisi yang sarat dengan nilai filosofi itu sebagai wujud syukur, menjaga alam, indahnya berbagi dan mendokan para leluhur.

Advertisement

Sawer air empat penjuru, tumpeng dan tabuhan gamelan diiringi tarian menjadi ciri khas tradisi yang juga dirayakan saat milangkala desa di Kuningan.

Prosesi Milangkala Kuningan dilakukan dengan menyatukan air dari empat penjuru mata air kabuyutan.

Keempat penjuru mata air yang dimaksud yaitu dari barat, yang meliputi mata air Cihulu – Winduherang – Cigugur. Kemudian dari mata air utara yang mencakup Cikahuripan – Kahiyangan Indapatra – Cilimus.

Para penari menyatukan mata air dari empat penjuru untuk diserahkan ke Bupati Acep. (Pemkab Kuningan)

Serta mata air dari timur yang terdiri dari Kabuyutan Indrakila – Karangkencana dan mata air dari selatan yaitu Kabuyutan Jamberama – Selajambe.

Lima tumpeng juga dibagikan oleh Bupati Kuningan Acep Purnama kepada warga yang hadir sebagai simbol yang terdiri dari satu Tumpeng Indung dan sisanya merupakan kiriman dari empat penjuru lembur.

Diiringi gamelan, kecapi dan suling, suasana babarit terasa begitu sakral dengan diselingi Musik Tarawangsa yang dipadukan dengan tari kendi air oleh empat penari.

Advertisement

Adapun narasi yang disampaikan Juru Kawih sebagai berikut:

Titis nitis mawa lantis, tina keclak ngajadi cikaracak, nu sumerep making lemah, maseuhan tanah kaheman.

Laju ngaburial cinyusu di saban madhab, papat madhab kalima tunggal ngawangun talaga wening, nu ngeclak lir cahaya inten.

Cikahuripan pigeusaneun hirup hurip. Hurip nagri waras abdi Curr…!

Bismilllahirrohmanirrahim.”

Advertisement

Para penari kemudian mengambil air dari baki yang diisi mayang jambe dan diserahkan ke Bupati Acep untuk dipercikkan ke empat madhob.

Suasana pun semakin riuh saat warga yang hadir terkena percikkan air.

Wakil Bupati Ridho Suganda mengambil giliran menuangkan air untuk dipercikkan. (Pemkab Kuningan)

Selanjutnya ritual murak tumpeng yang dilakukan Bupati Kuningan bersama Wakilnya Ridho Suganda.

Tobas nasi tumpeng itu lalu dibagikan kepada Ketua DPRD, Dandim 0615, Kapolres Kuningan, Kepala Kejaksaan Negeri, Ketua Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan Agama, dan Sekda Kabupaten Kuningan Dian Rachmat Yanuar.

Tobas nasi tumpeng juga dibagikan kepada warga yang menghadiri tradisi babarit dan suasana pun semakin riuh saling menunggu untuk mendapat bagian.

“Kegiatan ini bukan hanya menjadi tontonan melainkan juga tuntunan bagaimana indahnya kebersamaan kita bisa berbaur dan memiliki kepedulian akan sumber mata air,” tutur Agus, warga Desa Kertawangunan yang juga turut hadir dalam ritual tersebut.

Advertisement

Sementara itu, Bupati Acep menuturkan, babarit merupakan bagian wujud syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diturunkan.

“Sekaligus mendoakan para pendahulu/karuhun yang telah pulang kerahmatullah, atas darma bhaktinya. ‘Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke’ yang berarti ada dahulu ada sekarang, tak ada dahulu tak ada pula sekarang,” terangnya.

Bupati Acep menambahkan, tradisi babarit memiliki nilai filosofi nilai-nilai tradisi dan budaya untuk menjaga alam dan memiliki kepekaan sosial.

“Semoga Kabupaten Kuningan senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT, untuk menjadikan sebagai daerah baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur , yang subur dan makmur yang diiringi dengan selalu bersyukur atas nikmat yang terima,” harap Bupati Acep. ***

Advertisement
Continue Reading

Yang Lagi Trend