Connect with us

    Ekbis

    Kemarau Basah Dinilai Penyebab Produksi Garam di Kabupaten Cirebon Terganggu

    Published

    on

    CIAYUMAJAKUNING.ID – Dalam tiga tahun terakhir, produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon tidak lebih dari 2.000 ton per tahun.

    Rendahnya produksi garam tersebut menurut Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Cirebon disebabkan adanya perubahan iklim.

    “Produksi garam terganggu, karena kondisi alam tidak menentu. Dan pada tahun ini menurut BMKG terjadi kemarau basah serta banjir rob,” kata Kepala Bidang (Kabid) Perikanan dan Tangkap DKPP Kabupaten Cirebon Mohammad Jamaludin, Selasa (30/08).

    Ketika kondisi normal, kata dia, produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon bisa mencapai 136 ribu ton dan itu terjadi pada tahun 2019 lalu.

    “Namun, dalam tiga tahun terakhir kondisi iklim berubah drastis, seperti banjir rob, dan kemarau basah sehingga mengganggu produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon,” ucap Jamal, sapaan akrabnya.

    Advertisement

    Ia menambahkan, luas lahan produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon sebanyak 1.557 hektare dari potensi lahan yang ada 3.140 hektare.

    Petani garam di Pangenan, Cirebon. (Pusinfomar TNI)

    “Pada tahun 2019 lalu kondisi kemaraunya normal, produksi garam mencapai 136.686,78 ton. Tetapi di 2020 sampai sekarang mengalami penurunan yang sangat signifikan,” ujar Jamal.

    Menurut dia, pada tahun 2020 produksi garam di Kabupaten Cirebon hanya 2.663,78 ton dan di 2021 kembali mengalami penurunan karena hanya menghasilkan 1.203,5 ton saja.

    “Begitu juga pada tahun 2022 ini, yang biasanya di bulan Agustus tengah panen raya garam, tetapi sekarang belum banyak yang panen,” tutur Jamal.

    Pada musim kemarau 2022 ini, lanjut dia, DKPP Kabupaten Cirebon sudah sering turun ke lapangan untuk mendata jumlah produksi garam rakyat di beberapa kecamatan.

    Namun, dikatakan Jamal, hal itu masih dalam proses kombinasi berapa jumlah produksi garam di tahun ini yang seharusnya sudah panen raya garam.

    Advertisement

    “Kemungkinan produksi turun lagi. Sebab banyak lahan yang terendam rob, juga cuacanya tidak menentu, karena masuk kategori kemarau basah,” tutupnya. ***

    Continue Reading

    Yang Lagi Trend