Connect with us

Teknologi

285 Juta Serangan Siber, Pemred Suara.com: Ada Pihak yang Mungkin Tak Suka

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.ID – Pemred situs berita Suara.com Suwarjono mengecam tindakan terkait adanya serangan siber hingga mengakibatkan situs tidak bisa di akses dalam sementara waktu.

Serangan yang teridentifikasi sebagai serangan DDos tersebut di ketahui saat sejumlah awak media Suara.com melaporkan situs sempat tak bisa di akses.

Menurut Suwarjono, serangan siber DDOs terjadi jam sekitar pukul 17.50 hingga 19.20 WIB.

“Nyaris 285 juta serangan DDOS (terjadi) dalam 1,5 jam,” katanya, Selasa (15/04).

Usai Tim IT melakukan pelacakan, serangan di lakukan menggunakan bot dengan menggunakan IP dari sejumlah negara di Eropa dan Indonesia.

Advertisement

“Serangan random dari berbagai region country,” ungkap Suwarjono.

Mayoritas serangan menggunakan IP address negara seperti Belanda, Kroasia, Indonesia, Rumania, Australia dan AS.

Ia mengaku serangan siber yang menerjang situs Suara.com kali ini merupakan yang terbesar.

Serangan siber seperti yang terjadi saat ini biasanya akan berulang dalam waktu yang tidak bisa di deteksi.

“Metode serangan menggunakan random path, sehingga cache akan di lewatkan dan traffic langsung ke arah origin server,” lanjut Suwarjono.

Advertisement

Selain itu, kanal liputan khusus (LiKS) Suara.com juga mendapat serangan siber secara massif dalam kurun waktu 72 jam terakhir.

Berdasarkan jejak digital, serangan tersebut menyerang homepage laman LiKS.

Ia mengemukakan serangan tersebut merupakan satu rangkaian yang terjadi pada situs Suara.com.

Suwarjono menjelaskan atikel-artikel yang di tulis dalam laman LiKS menjadi jantung jurnalisme Suara.com.

Laman LiKS mengangkat banyak isu yang mengkritisi berbagai macam persoalan baik politik, hukum, HAM, keamanan hingga ekonomi.

Advertisement

Liputan khas di Suara.com tersebut selama ini menjadi salah satu kanal andalan guna menyampaikan suara yang selama ini terpinggirkan.

“Tentunya hal tersebut menunjukan ada pihak-pihak yang mungkin tidak suka dengan artikel yang pernah di ulas dalam LiKS,” katanya. ***

Continue Reading

Yang Lagi Trend