Ekbis
Baja Nasional, Pertahanan Nasional
Dalam forum ISSEI 2025, PT Pindad menegaskan pentingnya baja nasional bagi kemandirian industri pertahanan melalui presentasi bertajuk “Baja Kuat, Pertahanan Tangguh, Indonesia Maju”. Saat ini, kebutuhan baja militer untuk kendaraan tempur dan senjata masih sepenuhnya bergantung pada impor, termasuk baja spesifikasi tinggi seperti 32CrMoV12.10. Untuk mengatasi ketergantungan ini, sejak 2025 Pindad menggandeng PT Krakatau Steel dan BRIN guna mengembangkan baja pertahanan dalam negeri, dimulai dari plat armor hingga teknologi presisi untuk senjata berat. Upaya ini bertujuan membangun ekosistem pertahanan nasional yang tangguh, dengan dampak ekonomi besar melalui substitusi impor dan pengembangan industri hulu-hilir. Forum ISSEI yang digelar 21–22 Mei 2025 menjadi wadah strategis lintas sektor dalam mendorong hilirisasi baja, investasi, dan kemandirian pertahanan Indonesia di tengah dinamika geopolitik global.
Dalam hiruk pikuk forum industri baja terbesar tahun ini, diskusi yang menyentuh urat nadi kedaulatan negara justru datang dari sektor yang kerap luput dari sorotan publik: pertahanan. Dalam salah satu sesi diskusi interaktif di ajang Indonesia Steel Summit & Exhibition Indonesia (ISSEI) 2025 yang lalu , PT Pindad tampil dengan nada lugas—Indonesia butuh baja nasional, bukan hanya untuk pembangunan sipil, tetapi untuk mempertahankan kedaulatan negara.
Dipaparkan oleh Prima Kharisma I.Y., Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Pindad, materi bertajuk “Baja Kuat, Pertahanan Tangguh, Indonesia Maju” menegaskan satu pesan utama: industri pertahanan nasional tidak akan mandiri jika bahan bakunya, terutama baja berkualitas tinggi, terus bergantung pada impor.
Ketergantungan Baja Militer
Prima mengurai tantangan yang dihadapi industri alutsista dalam negeri. Untuk kebutuhan kendaraan tempur saja, Pindad membutuhkan sekitar 4.000 ton baja armor per tahun dan 2.000 ton baja struktural, namun hampir seluruhnya masih didatangkan dari luar negeri. Standar kualitas material untuk perlindungan dan presisi tinggi, seperti pada laras senapan dan tank, tidak bisa ditawar.
“Saat ini, baja untuk laras senapan SS2 masih seluruhnya diimpor, menggunakan spesifikasi tinggi seperti 32CrMoV12.10. Ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus,” jelas Prima.
Hal serupa juga terjadi pada pengembangan kendaraan Maung, panser Anoa, dan tank Harimau. “Padahal kami punya roadmap industri, kami punya pasar, kami punya teknolog. Tapi kami tidak bisa maju jika fondasinya—yakni baja—masih kita beli dari luar,” tegasnya.
Langkah Konkret: Kolaborasi dan Peta Jalan
Guna menjawab persoalan itu, PT Pindad tidak tinggal diam. Sejak 2025, perusahaan telah memulai kolaborasi dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan BRIN untuk mengembangkan baja pertahanan dalam negeri. Tahap awal fokus pada plat armor untuk kendaraan ringan dan sedang.
Rencana jangka menengah hingga 2031 meliputi pembangunan pabrik bahan baku laras senapan, pengembangan billet baja berspesifikasi militer, serta teknologi pembentukan baja presisi tinggi untuk kebutuhan munisi kaliber besar dan sistem senjata berat.
Upaya ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan Pindad, tetapi juga membuka jalan bagi ekosistem pertahanan nasional yang mandiri dan berdaya saing.
Efek Berganda Ekonomi dan Teknologi
Dampaknya bukan hanya di sektor militer. Prima memaparkan bahwa pengembangan baja pertahanan juga membuka peluang ekonomi bernilai besar. “Untuk lima tahun ke depan, kebutuhan kendaraan dan munisi TNI diproyeksikan mencapai Rp122 triliun. Jika kita bisa memenuhi 30–40 persen saja dengan komponen dalam negeri, dampaknya luar biasa,” ujarnya.
Efek berganda lainnya adalah kebangkitan industri hulu-hilir: dari manufaktur cetakan logam, pelapis, sampai rekayasa metalurgi lanjutan. Belum lagi dari sisi penguasaan teknologi strategis yang bisa menempatkan Indonesia sebagai produsen alutsista regional.
ISSEI 2025: Platform Strategis
Sesi ini merupakan bagian dari diskusi interaktif dalam ISSEI 2025 dan dipandu oleh Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), Akbar Djohan yang juga Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Forum ini mempertemukan pemerintah, pelaku industri baja, serta sektor pengguna seperti pertahanan, maritim, dan energi.
ISSEI 2025 digelar selama dua hari, 21–22 Mei 2025, di Jakarta Convention Center. Ajang ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara IISIA dan organisasi regional SEAISI (South East Asia Iron and Steel Institute). Tahun ini, ISSEI mengusung semangat “Baja Nasional, Daya Saing Regional”, dengan fokus pada hilirisasi, investasi berkelanjutan, transformasi hijau, dan kerja sama lintas negara di tengah tekanan geopolitik global.
Lebih dari 150 peserta pameran turut serta, dengan ribuan pengunjung dari kalangan profesional industri, akademisi, investor, dan pejabat pemerintah. ISSEI 2025 tak sekadar menjadi panggung teknologi dan bisnis baja, tetapi juga menjadi forum strategis untuk membangun fondasi kemandirian ekonomi dan pertahanan Indonesia ke depan. (*)
Artikel ini juga tayang di VRITIMES
- Teknologi2 tahun ago
SamFW Tool 4.0 Tool Gratis FRP Samsung Cukup Satu Klik
- Lirik Lagu2 tahun ago
Lirik Lagu Mabok Ngeslot Anik Arnika Bahasa Cirebon Dan Bahasa Indonesia
- legal2 tahun ago
Dimana Ada Proyek Wajib Ada Papan Proyek, Ini Dasar Hukumnya
- Kuliner5 tahun ago
Menyesap Kopi Lunaira Usung Konsep Bayar Seikhlasnya
- Teknologi2 tahun ago
Download TFT Unlock 2023 V3.1.1.1 Update ByPass FRP Tool dan Unlock iPhone dan iPad
- Umum4 bulan ago
Istimewa, Bupati Terpilih Kuningan Dian Rachmat Yanuar Rayakan HUT ke-57
- Budaya6 bulan ago
Tradisi Memitu Indramayu Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia
- Umum6 bulan ago
BBGP Jabar Gelar Program Kareta Sobat di Gedung Linggarjati Kuningan