Connect with us

Ekbis

Dampak Perang Israel-Iran, Dunia Diprediksi Bakal Dilanda Badai Krisis Ekonomi Hebat

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.ID – Saat ini dunia bisnis di landa krisis ekonomi hebat yang melanda negara-negara ekonomi maju seperti Singapura karena belum pulihnya pandemi covid-19.

Perang Rusia-Ukraina di tambah kini adanya perang Israel-Iran plus terlibatnya AS dalam perang Iran-Israel.

AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran yakni Natanz, Fordow dan Isfahan dengan menggunakan pesawat pengebom B-2.

Mereka membawa bom GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP) seberat 30.000 pon dengan daya ledak 6.000 pon, Minggu (22/06).

Iran lalu membalas serangan AS dengan menyerang ibu kota Israel, Tel Aviv.

Advertisement

Saat ini banyak negara yang mengkhawatirkan di tutupnya Selat Hormuz oleh Iran.

Banyak negara seringkali memanfaatkan Selat Hormuz sebagai titik transit jalur minyak.

Jika itu benar-benar di lakukan, harga minyak dunia akan melonjak tajam dan pasokan berkurang.

Hal ini dapat mengakibatkan badai krisis ekonomi dunia yang lebih dahsyat.

Kepala Strategi Pasar di Interactive Brokers, Connecticut Steve Sosnick mengatakan terlibatnya AS dalam konflik dapat menimbulkan ketakutan di kalangan investor.

Advertisement

Hal ini akan adanya investor untuk menjual saham dan kemudian memindahkan ke aset yang lebih aman.

Menurutnya, para investor sedang mengamati efek lanjutan seperti stabilitas harga minyak, potensi inflasi dan gejolak ekonomi global.

Indeks S&P 500 saat ini berada sedikit di bawah level tertingginya pada Februari, sempat pulih dari aksi jual awal April akibat meredanya ketegangan perdagangan.

Kini indeks tersebut stagnan sekitar 2,7 persen di bawah rekor penutupan Februari.

Dalam 27 sesi perdagangan terakhir, indeks belum berhasil mencetak rekor baru.

Advertisement

Bulan Juli di prediksi dunia bisnis akan di landa badai krisis ekonomi yang hebat, bahkan kemungkinan bahaya kelaparan.

Saat ini Singapura sedang mengalami mengalami gelombang besar penutupan usaha di sektor kuliner.

Sepanjang tahun 2025, sekitar 307 gerai makanan dan minuman akan tutup.

Kenaikan biaya sewa tempat usaha, harga bahan baku dan upah tenaga kerja menjadi faktor utama yang memicu runtuhnya bisnis kuliner di Singapura.

Dampak krisis ini tidak hanya di rasakan oleh usaha kuliner berskala kecil tetapi juga menyeret restoran-restoran kelas atas.

Advertisement

Salah satunya adalah private club 1880 di Robertson Quay yang mengumumkan akan menutup operasionalnya secara permanen. ***

Oleh: Jeremy Huang Wijaya

Continue Reading

Yang Lagi Trend