Remcienta, Aplikasi Buatan Dosen Poltekkes Tasikmalaya Kampus Cirebon Bantu Lawan Anemia

0
40
Kegiatan pengabdian masyarakat Dosen Poltekkes Tasikmalaya Kampus Cirebon di Indramayu. (Ist)

CIAYUMAJAKUNING.ID – Di tengah upaya menurunkan stunting yang telah membuahkan hasil menggembirakan, Indramayu masih menghadapi tantangan lain yang tak kalah penting yakni tingginya risiko anemia pada remaja putri.

Namun harapan baru datang dari tangan para dosen Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon yang membawa pendekatan berbeda—lebih modern, edukatif, dan dekat dengan dunia remaja.

Mereka memperkenalkan Aplikasi Remaja Cantik Tanpa Anemia (REMCIENTA) sebuah inovasi digital yang dirancang untuk memberdayakan remaja putri agar lebih peduli pada kesehatan diri, terutama terkait pencegahan anemia.

Meski angka stunting balita di Indramayu berhasil ditekan hingga 9,8% (SSGI 2024), data menunjukkan 21,8% remaja putri masih berisiko anemia. Rendahnya kepatuhan mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) menjadi tantangan tersendiri.

Hasil skrining awal kadar hemoglobin bahkan menunjukkan rata-rata 10,9 gr%, mengindikasikan anemia ringan pada sebagian besar peserta.

Pengabdian masyarakat dosen Poltekes Tasikmalaya kampus Cirebon di Indramayu. (Ist)

Ketua Tim PKM, Ayu Yuliani S, M.Kep, Ns. Sp.Kep.An, menegaskan perlunya pendekatan baru yang mampu menjawab knowledge gap yang selama ini menjadi hambatan.

“Kami membawa Aplikasi REMCIENTA untuk menjawab tantangan edukasi TTD yang kurang menarik dan menghadirkan sistem monitoring digital yang mudah digunakan,” ujar Ayu.

Program Pengabdian kepada Masyarakat ini melibatkan 429 remaja putri di enam sekolah, mulai dari SMP PGRI I Cipancuh, SMK NU Juntinyuat, hingga SMPN 2 Juntinyuat, dengan dukungan Puskesmas Pondoh dan Puskesmas Cipancuh.

Dengan kekuatan kolaborasi lintas disiplin—mulai dari ahli kebidanan, gizi, hingga keperawatan—para dosen dan mahasiswa Poltekkes memperkenalkan REMCIENTA sebagai platform edukasi utama. Aplikasi ini tak hanya menyajikan materi dengan format yang menarik untuk remaja, tetapi juga merekam hasil pemeriksaan Hb serta memantau kepatuhan TTD secara real-time.

Hasilnya sangat mencolok. Data pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik (p = 0,001): Pengetahuan meningkat dari 57,39 menjadi 83,01. Sikap positif terhadap pencegahan anemia naik dari 69,44 menjadi 81,45.

Angka tersebut membuktikan bahwa edukasi berbasis digital dapat menjadi kunci dalam mengubah perilaku kesehatan remaja.

Keberhasilan kegiatan ini juga melahirkan luaran penting, seperti Buku Referensi REMCIENTA serta sertifikat HKI untuk video kegiatan. Namun lebih dari itu, yang dihasilkan adalah modal sosial—pengetahuan dan kesadaran baru di kalangan remaja putri Indramayu.

“Ini adalah investasi untuk Generasi Prima. Ketika remaja memahami cara menjaga tubuhnya, mereka bukan hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga masa depan Indramayu,” tegas Ayu Yuliani.

Poltekkes berharap model pemberdayaan ini dapat menjadi program berkelanjutan yang diadopsi Puskesmas dan sekolah. Dengan teknologi yang dekat dengan keseharian remaja, REMCIENTA diharapkan mampu menjadi jembatan menuju generasi yang lebih sehat dan bebas anemia.***