Pariwisata

Kebun Raya Kuningan Latih Guru tentang Konservasi

Published

4 tahun ago

31 Oktober 2020

KUNINGAN, CIAYUMAJAKUNING.ID – Kebun Raya Kuningan (KRK) di Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan merupakan laboratorium alam dan wahana pendidikan konservasi. Jelang berusia lima tahun, KRK bukan hanya sebagai Kawasan konservasi, tapi destinasi wisata berbasis lingkungan.

Pada Jumat (30/11/2020), KRK menyelenggarakan pendidikan lingkungan bagi guru-guru dari wilayah Cirebon. “Ini sebagai bentuk nyata dari salah satu fungsi Kebun Raya Kuningan,” kata Kepala Uniit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) KRK, Asep Zulkarnaen.

Dalam kegiatan tersebut, dilakukan pendampingan oleh para petugas di bidang persemaian dan petugas lapangan pemelihara. Termasuk juga petugas perkebunrayaan beserta staf UPTD KRK.

Menurut Asep, tujuan Pendidikan lingkungan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang budidaya tanaman. “Dari mulai teknis pembuatan bibit dan dilanjutkan penanaman pohon. Selain teori, para guru diajaklangsung praktek di lapangan ,” imbuhnya.

Asep berharap, suatu saat nanti akan dilakukan transfer keterampilan kepada peserta didik. Sehingga pengetahuan dan ketrampilan konservasi dapat menjangkau generasi muda. Setidaknya para peserta didik yang diasuh para guru yang telah mengikuti pelatihan konservasi ini.

Kebun Raya Kuningan

Kebun Raya Kuningan merupakan salah satu destinasi obyek wisata unggulan dengan tujuan wisata minat khusus di Kabupaten Kuningan. Selain sebagai wahana pembelajaran tentang alam, di KRK juga pengunjung dapata rekreasi di alam bebas.

Menurut Asep Zulkarnaen, menjelang usia lima tahun sejak di-launching menjadi sebuah kebun raya, maka pembenahan di sektor perkebunrayaan merupakan target prioritas. “Khususnya peningkatan mutu tanaman koleksi. Dan semua harus disokong oleh tenaga-tenaga yang handal,” katanya.

Kebun raya juga merupakan benteng terakhir dalam mengamankan plasma nutfah yang ada di bumi. “Dan khususnya Kebun Raya Kuningan, menjadi banteng sumber kehidupan di Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan),” pungakas Asep.***