Connect with us

    Budaya

    Legenda Saidah Saeni Hingga Kecelakaan Maut di Jembatan Sewo Indramayu

    Published

    on

    Jembatan Sewo

    INDRAMAYU, CIAYUMAJAKUNING.ID – Fenomena maraknya warga menjadi penyapu koin di Jembatan Sewo Indramayu diketahui bukan tanpa alasan.

    Para penyapu koin tersebut bahkan menganggap sebagai bagian dari tradisi. Seperti diketahui, para penyapu koin tersebut rela menunggu pengendara lewat.

    Jika pengendara tersebut melintas dan melempar uang, sontak menjadi rebutan para penyapu koin. Dari informasi yang didapat, tradisi penyapu koin Jembatan Sewo tersebut sudah lama dilakukan.

    Ada sebuah peristiwa menarik dibalik aksi penyapu koin ini. Bahkan, kental dihubungkan dengan kejadian mistis.

    Seperti disampaikan salah seorang penyapu koin, Carta. Dia menjelaskan aksi penyapu koin tersebut berawal dari cerita legenda Saedah dan Saeni.

    Advertisement

    “Saedah dan Saeni itu kakak beradik mereka berdua hidup dalam garis kemiskinan,” kata dia, Senin (8/11/2020)

    Guna memenuhi kebutuhan hidup, kedua kakak beradik tersebut mengemis di Jembatan Sewo. Hingga akhirnya, mereka meninggal dunia di sekitar jembatan tersebut.

    Masyarakat pun percaya bahwa arwah dari kakak beradik itu tetap melegenda di bawah Jembatan Sewo.

    Secara umum, kisah Saidah dan Saeni versi Jembatan Sewo adalah yang paling dikenal oleh masyarakat di pesisir utara Jawa Barat. Mulai dari Cirebon hingga sebagian wilayah Karawang.

    “Karena kisah inilah kemudian ada ritual lempar uang. Lempar uang juga untuk memberi saweran kepada Saidah dan Saeni,” ujar dia.

    Advertisement

    Dia menyebutkan, selain mengemis, Saidah dan Saeni aktif dalam pementasan seni tari Ronggeng. Di mana Saidah sebagai penabuh gendang, dan Saeni penarinya.

    Mereka selalu menampilkan kesenian tradisional ini di pinggir jalan di sekitar Jembatan Sewo.

    “Ada yang bilang kalau Saeni dulunya adalah seorang penari ronggeng Pantura, yang kemudian berubah menjadi buaya,” ujarnya.

    Dari rangkaian cerita legenda tersebut, banyak masyarakat yang menganggap Jembatan Sewo dikenal mistis. Bahkan, mitologi jembatan ini semakin kental tatkala pernah terjadi kecelakaan tragis.

    Kecelakaan yang menimpa salah satu rombongan bus yang hendak membawa transmigran asal Boyolali, pada 11 Maret 1974 lalu.

    Advertisement

    Rombongan transmigran tersebut hendak menuju Sumatera Selatan. Namun, salah satu bus yang membawa rombongan tersebut tergelincir, kemudian masuk ke sungai dan terbakar di kali Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu.

    Musibah tersebut terjadi pada pukul 04.30 dini hari. Sebanyak 67 orang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak, tewas akibat kejadian naas tersebut.

    Di antara rombongan yang mengalami musibah, hanya tiga orang anak-anak saja yang selamat. Semua korban yang tewas dimakamkan di dekat pemakaman umum yang terletak di dekat lokasi kejadian.

    Semenjak kejadian itu, banyak para pengendara yang melempar koin ketika melewati jembatan tersebut. Tujuannya agar diberi keselamatan selama perjalanan melintasi Jalur Pantura dari gangguan makhluk halus.

    Tidak jelas kapan ritual lempar koin ini mulai ada. Namun, sebagian besar masyarakat meyakini jika tradisi ini sudah ada sejak zaman Belanda.

    Advertisement

    Masyarakat juga sangat meyakini bahwa yang meminta atau menyapu koin di sekitar jembatan ini salah satunya adalah jelmaan mahluk halus penghuni Jembatan Sewo.

    “Makanya yang lewat sini pada melempar koin. Misal dari Jakarta mau ke Surabaya, mereka pasti lempar koin, untuk memohon diselamatkan dalam perjalanannya, agar tidak ngantuk, dan lain-lain,” ungkap Carta.

    Hingga kini, tradisi melempar koin oleh para pengendara sudah menjadi tradisi. Bahkan, yang dilempar bukan hanya uang koin saja.

    Terkadang mereka melempar lebih dari 1 koin, bahkan uang kertas dengan pecahan yang besar. Menyapu koin pun kini sudah dijadikan sebagai mata pencaharian utama bagi masyarakat di sana.

    Bahkan ada yang sudah puluhan tahun terjun sebagai ‘penyapu koin’ di Jembatan Sewo. Hal ini dikarenakan penghasilannya yang menggiurkan, walaupun di bawah terik matahari.

    Advertisement

    Carta sendiri bisa mendapatkan uang sekitar Rp 50 ribu di hari-hari biasa. Berbeda jika sudah memasuki momen lebaran, dia dan para ‘penyapu koin’ lainnya bisa meraup penghasilan hingga ratusan ribu hingga jutaan Rupiah hanya dalam satu hari saja.

    “Kalau lebaran itu paling kecilnya dapet Rp 150 ribu,” ungkapnya.

    Continue Reading

    Yang Lagi Trend