Connect with us

    Budaya

    Tim Arkeolog Hentikan Sementara Ekskavasi Situs Candi di Indramayu

    Published

    on

    Ekskavasi Candi

    INDRAMAYU, CIAYUMAJAKUNING.ID – Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten dan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Indramayu menghentikan sementara ekskavasi awal temuan struktur bata di Situs Dingkel Desa Sambimaya Kecamatan Juntiyuat Indramayu.

    Hasil sementara temuan struktur batu tersebut oleh tim ditutup menggunakan plastik dan pengurugan struktur bangunan.

    Tim arkeolog juga mengamankan fragmen atau pecahan bata merah ke tempat yang aman dari aktivitas masyarakat. Tim juga menandai lokasi situs dengan patok permanen yang terbuat dari semen cor sehingga apabila dilakukan ekskavasi atau penelitian lanjutan memudahkan tim peneliti untuk mencari titik koordinat situs.

    Ketua Tim Penelitian Dan Penyelamatan Situs Dingkel, Soni Prasetiya Wibawa mengatakan, kemungkinan ekskavasi dan penelitian akan dilanjutkan pada tahun depan.

    “Tidak saja oleh BPCB Banten penelitian tersebut akan dilakukan melainkan oleh Balai Arkeologi Jawa Barat atau instansi lain seperti provinsi Jawa Barat maupun Pemkab Indramayu sendiri. Tergantung alokasi anggaran yang disediakan,” kata Soni, Minggu (13/12/2020).

    Advertisement

    Soni menjelaskan untuk mengungkap tinggalan arkeologi melalui metode ekskavasi diperlukan alokasi anggaran yang tidak sedikit dan multi year. Sehingga diperlukan peran serta pemerintah di daerah untuk dapat bersama sama mengatasi masalah pengungkapan cagar budaya yang ada di daerah.

    Soni menyebutkan, hasil ekskavasi sementata tim berhasil menemukan 21 susunan lapisan bata merah dan sudut bangunan yang diduga candi. Tim juga menemukan lantai bangunan dan fragmen atau pecahan stupa yang berbahan bata merah.

    Temuan lain, juga ditemukan pecahan keramik eropa, fragmen tepian gerabah dan arang.

    “Temuan di situs Dingkel ini sangat menarik bagi tim,” jelasnya.

    Ahli candi Indonesia Prof Dr Agus Aris Munandar menyatakan situs Dingkel ini merupakan sebuah kawasan atau kompleks permukiman umat Budha pada masa itu. Melihat dari hasil temuannya, profesor Agus tidak menampik situs ini memiliki kesamaan dengan situs Batujaya di Karawang dan situs Muaro Jambi di Jambi.

    Advertisement

    “saya meyakini ada reruntuhan stupa besar di kawasan itu dan perlu dilakukan penelitian dan ekskvasi secara berkala agar segera terungkap,” jelas arkeolog senior asal Indramayu ini.

    Sementara, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu, Dedy S Musashi mengatakan dengan adanya temuan tersebut berarti peradaban di Indramayu sudah lengkap yakni dari masa prasejarah, masa hindu budha, masa islam, dan masa kolonial.

    Masa prasejarah kata Dedy, dengan ditemukannya fosil stegodon dan gigi Carcarocles Megalodon atau ikan hiu purba di Ciwado Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu. Fosil tersebut hidup masa miosin hingga plestosin akhir kira kira 2,6 juta hingga 1,8 juta tahun yang lalu.

    “Di tempat yang sama, juga ditemukan tradisi batu besar (megalitik) yang hingga saat ini masih dimanfaatkan untuk sarana pemujaan. Indramayu ini kaya dengan tinggalan cagar budaya. Dari fosil, candi, masjid kuna sampai makam Belanda (kerkoof) dan bangunan bergaya eropa kita punya,” papar Dedy.

    Kedepannya, kata Dedy, TACB Kabupaten Indramayu akan mengajak eksekutif dan legislatif untuk duduk bersama membahas potensi kekayaan cagar budaya yang kita miliki ini.

    Advertisement

    “Tinggalan cagar budaya ini dapat dijadikan obyek wisata baru bagi Indramayu. yang imbasnya pada peningkatan PAD daerah. Untuk itu, harus bersama sama dibahas,” kata Dedy S Musashi.

    Continue Reading

    Yang Lagi Trend