CIAYUMAJAKUNING.ID – Momentum Hari Pahlawan tidak sekedar seremonial diperingati setiap tahun. Kolaborasi ulama, pengusaha dan politisi merupakan arah kebiajakan masa depan bangsa ini. Hal ini yang terungkap dalam diskusi peringatan Hari Pahlawan yang digagas Gelora Literasi Institute lewat zoom, Rabu (10/11/2021).
Hadir dalam kegiatan tersebut Cucu KH Amin Sepuh (Ponpes Babakan Ciwaringin), KH Munif Pengasuh Ponpes Al-Azhar Babakan Ciwaringin, Sekjend DPN Partai Gelora, Mahfuz Sidik dan Pengusaha Batik, Sally Geovany dengan peserta berbagai kalangan. Mulai KH Amin Sepuh (Babakan Ciwaringin) dan KH Abbas (Buntet Pesantren) Pahlawan/Ulama dari Cirebon yang dinantikan KH Hasyim Asy’ari dalam Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Dalam kesempatan tersebut Cucu KH Amin Sepuh, KH Munif (Pengasuh Ponpes Al Azhar Ciwaringin) mengatakan tentang perjuangan dan nilai kepahlawanan dari ulama Cirebon. Tentu dengan pesan dan nilai yang luar biasa.
“Para ulama Cirebon, khususnya KH Amin Sepuh dan KH Abbas perannya sangat luar biasa dalam perlawanan melawan penjajah. Nilai yang luar biasa yakni adab dulu, baru ilmu,” ujar Kang Munif sapaan akrab KH Munif.
Dalam kesempatan tersebut, Kang Munif juga bercerita tentang heroiknya KH Amin Sepuh bersama ulama Cirebon, dimana ketika berangkat dari Pondok Pesantren ke Kota Cirebon kemudian tiba waktu Ashar, kemudian rombongan sholat di Masjid Pengasinan Plered. Setelah itu, KH Amin Sepuh berdoa, namun ketika keluar pintu terdengar suara takbir berkali-kali. Mereka langsung berada di depan Bung Tomo bersama para pahlawan lain di Surabaya untuk melawan para musuh.
“Tentu perjuangan kiyai dan ulama Cirebon dalam perlawanan memprsembahkan kemerdekaan sangat luar biasa.
Keberhasilan ini sebenarnya tentang mendidik karakter manusia oleh para kiyai. Karena penerapan karakter sejak dini sangat penting tentang pendidikan karakter untuk saling menghormati dan menjaga adab.
“Karakter yang baik sejak dini jelas bisa menggerakan kemerdekaan Indonesia,” ungkapnya.
Dalam acara tersebut, Kang Munif juga mendoakan yang terbaik untuk negeri ini dan generasi masa depan.
Sementara itu, Sekjend DPN Gelora, Mahfuz Sidik dalam pemaparannya menjelsskan bahwa KH Hasyim Asy’ari dan Bung Tomo mengambil momentum dalam menggelorakan perlawanan untuk memprtahankan kemerdekaan negeri ini.
“Jangan sampai momentum ini hanya sebatas ritual tahunan belaka, namun harus diisi dengan kontribusi nyata,” kata Mahfuz.
Masih kata Mahfuz, KH Hasyim Asy’ari dan Bung Tomo merupakan kolaborasi antara sosok ulama dan pemuda (jurnalis).
“Peran luar biasa para ulama dan pemuda ini, karena tidak bisa dilepaskan dari sejarah dengan Resolusi Jihad nya,” kata Mahfuz.
Lebih lanjut, rmusan 5 Sila dalam Pancasila, kata dia, merupakan fatwa dari KH Hasyim Asyari dan pada saat itu juga menghilangkan berdebatan.
“Pertimbangan tersebut karena dalamnya pemikiran dan politik KH Hasyim Asy’ari. Karena kemerdekaan Indonesia di dasari oleh keberagaman,” paparnya.
Kalau tidak ada sosok KH Hasyim dan Bung Tomo, lanjut Mahfuz, entah bagaimana nasib kemerdekaan Indonesia ini. Kejernihan KH Hasyim dan keberanian Bung Tomo sangat luar biasa. Sehingga, kata dia, ini tidak boleh hilang dan lenyap oleh para generasi saat ini, khususnya generasi muda atau millenial/generasi Z.
Meskipun, kata dia, yang perlu dipikirkan yakni ancaman nilai-nilai Indonesiaan dengan anak-anak yang lebih terbiasa berbicara dan bangga dengan bahasa asing ketimbang bahasa sendiri. Ini harus diperhatikan serius, jangan dibiarkan begitu saja.
Ditambah lagi, soal ekonomi, lewat digital ini juga harus dipertahankan dengan utuh regulasi dan yang lainnya. Apalagi belum ada regulasi yang memprotek kepentingan warga negara saat ini untuk para pelaku usaha. Sehingga, nilai-nilai yang ada di tubuh bangsa ini harus dipertahankan.
“Kita saat ini sangat mengharapkan peran ulama ditengah situasi dan kondisi saat ini. Kita butuh pandangan ulama untuk arah bangsa ini kedepan. Jangan hanya didominasi oleh para politisi semata dalam perumusn kebijakan negeri ini, melainkan harus hadir peran ulama. Dengan karakternya yang khas,” paparnya.
Lebih tegas, Mahfuz mengatakan, jangan pernah sekali-kali khianati perjuangan para pahlawan dan ulama untuk negeri ini.
Sementara itu, Pengusaha Muda/BT Trusmi, Sally Geovani menerangkan tentang sejarah sukses perjuangan usahanya. Sehingga, momentum Hari Pahlawan harus dimaknai utuh diantaranya mendalami prespektif pahlawan yakni harus menjaga nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan.
“Pahlawan itu rela berkorban, berani, tegas, pantang menyerah, bertanggung jawab,” kata Sally.
Dirinya juga menjelaskan tentang perannya dalam melestarikan perjuangan lewat karya Batik Bambu Runcing untuk mengenang jasa dan perjuangan para pahlawan dan sangat direspon oleh pasar. Karena syarat nilai-nilai kepahlawanan lewat makna batik yang dibuat tersebut.
“Untuk itu, kolaborasi dengan UMKM yang ada apalagi ditengah pandemi harus ditingkatkan. Dan kita hadir untuk kemajuan UMKM dan para wirausahawan muda,” katanya.
Kata Sally, dirinya sejak SMA atau sekitar 17 tahun awal-awal dirinya menjual kain kafan. Karena belum punya pengalaman dan ilmu bisnis. Namun punya niat dan keinginan yang kuat untuk mengabdi serta kontribusi lewat batik. Awalnya gagal dan tidak laku dipasaran, namun terus berusaha lewat ujian dan kegagalan yang ada.
“Jangan cepat menyerah dan mengeluh. Jatuh dan gagal, bangun lagi serta terus berusaha. Karena kegagalan adalah pelajaran untuk sukses masa depan,” paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, peserta sangat antusias dengan berragam pertanyaan kepada para pemateri.