Connect with us

Umum

Baru Pertengahan Tahun Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Cirebon Terbilang Tinggi

Published

on

Ciayumajakuning.id

CIAYUMAJAKUNING.ID – Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon, menyebut angka kekerasan perempuan dan anak masih cukup tinggi.

Berdasarkan data yang didapat oleh DPPKBP3A Kabupaten Cirebon pada tahun 2022 mulai periode Januari hingga Juli tercatat ada 20 kasus kekerasan perempuan dan anak.

“Di tahun 2020 angka kasus mencapai 41 orang, sedangkan 2021 mencapai 55 kasus, ini baru pertengahan tahun sudah mencapai 20 kasus kekerasan perempuan dan anak,” kata Kabid PPA DPPKBP3A, Ida Laila Rupaida, Senin (25/7/2022).

Ia mengatakan angka kekerasan perempuan dan anak yang didapat oleh dinas kemungkinan belum seberapa. Pasalnya, masih banyak kasus yang ditangani Polresta Cirebon yang belum dilaporkan. Meskipun belum ada laporan, pihaknya tetap berkoordinasi dengan Polresta Cirebon khususnya Kanit PPA dalam penanganannya.

“Angka kasus tersebut kemungkinan sebagian kecil saja, soalnya banyak korban yang tidak mau melaporkan, biasanya mereka para pelaku merupakan keluarga terdekat dan takut menjadi aib keluarga,” ucapnya.

Advertisement

Untuk fisum sendiri, lanjut Ida, pihaknya sudah melakukan MoU dengan beberapa rumah sakit yang ada di wilayah Kabupaten Cirebon. Menurutnya sebelum mereka melakukan fisum dengan mengunakan biaya sendiri. Padahal kebanyakan korban merupakan masyarakat dengan golongan ekonomi yang memang masih sulit.

“Korban saat melakukan fisum biayanya nanti ditanggung oleh Pemerintah daerah, karena kami sudah kerjasama untuk wilayah timur dengan RSUD Waled, Barat dengan RSUD Arjawinangun dan wilayah tengah RSUD Sidawangi,” katanya.

Ia menyebut dari angka kasus kekerasan perempuan dan anak  kebanyakan yang dialami yakni kekerasan seksual. Bahkan ada beberapa faktor yang bisa menimbulan kekerasan baik itu seksual, psikis, maupun KDRT.

“Faktor ekonomi yang biasanya utama kasus kekerasan, namun faktor lain juga banyak seperti kurangnya perhatian dari orang tua, pergaulan, pengaruh miran, serta dampak film dewasa,” ucap Ida.

Ida mengatakan pihaknya terus berupaya untuk membantu  memulihkan trauma para korban. Pasalnya mereka butuh penanganan khusus aga trauma mereka bisa hilang.

Advertisement

“Kami menggandeng Psikologi untuk memulihkan trauma, kalau traumanya ringan mungkin sebentar dua kali sudah selsai, tetapi kalau trauma berat pasti butuh waktu untuk penyembuhannya,” ungkapnya.

Ida berharap peran serta keluarga dan masyarakat dalam pencegahan adanya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Menurutnya orang tua menjadi yang terpenting dalam mendidik, membimbing anak agar mereka bisa menjadi pribadi yang baik.

“Orang tua memiliki peran terbesar dalam mendidik anak. Sehingga bisa mamantau pergaulan mereka,” kata Ida. ***

Lebih lanjut, Ida mengatakan pihaknya mengajak para korban untuk melaporkan bilamana ada tindakan kekerasan yang menimpanya.

“Jangan takut, korban harus berani untuk melapor kalau menjadi korban kekerasan sehingga pelaku bisa segera diamankan dan tidak ada korban yang lebih banyak lagi,” ajaknya. ***

Advertisement
Continue Reading

Yang Lagi Trend