Connect with us

    Sosok

    Sejarah Ciledug: Peran Mbah Kuwu Cirebon Bimbing Sumpah Ki Bledug Jaya (bag.1)

    Published

    on

    CIAYUMAJAKUNING.ID – Terletak di ujung timur Kabupaten Cirebon, Ciledug merupakan sebuah kecamatan yang kini mengalami perkembangan ekonomi begitu pesat. Hal itu tak lepas masuknya Kecamatan Ciledug sebagai bagian dari proyeksi Pemprov Jawa Barat dalam persiapan pembangunan kawasan industri Rebana.

    Sebelum dimekarkan, Kecamatan Ciledug hanya terdiri dari empat desa, yaitu, Ciledug Kulon, Ciledug Wetan, Jatiseeng dan Leuweunggajah. Pada tahun 1981, Desa Ciledug Kulon mengalami pemekaran wilayah menjadi Ciledug Kulon dan Ciledug Tengah.

    Lalu bagaimana asal mula berdirinya daerah yang identik dengan penganan khas tahu gejrot itu? Siapa pula Ki Bledug Jaya, tokoh yang dianggap berpengaruh dalam penamaan Ciledug? Berikut ulasannya.

    Dikutip dari proposal skripsi IAIN Syeikh Nurjati Cirebon, dengan judul ‘Tokoh ‘Ki Bledug Jaya’ dan Perannya Islamisasi Desa Ciledug Kab. Cirebon Jawa Barat Abad Ke-15 M’, salah satu sesepuh Desa Ciledug Lor, Kecamatan Ciledug, Dadang Suhendar menuturkan, Ciledug pada abad ke-15 dulu dikenal dengan nama Pagedangan.

    “Daerah Pagedangan, kala itu masuk dalam Wilayah Kerajaan Galuh (Ciamis) yang menguasai daerah Jawa Barat  sampai batas Cipamali (sungai ini sekarang menjadi batas antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah),” ungkapnya, Senin (21/11/21).

    Advertisement

    Eksistensi wilayah Pagedangan yang kala itu mayoritas menganut agama Sanghiang akibat pengaruh dari luar daerah juga erat kaitannya dengan peran sosok sentral bernama Ki Bledug Jaya.

    Sementara, di Cirebon kala itu telah lebih dulu berkembang agama Islam berkat jasa Pangeran Walangsungsang (Mbah Kuwu Cerbon), putra Prabu Siliwangi penguasa Kerajaan Galuh/Padjadjaran.

    Pangeran Walangsungsang dibantu oleh putri Nyai Rarasantang adiknya yang bernama Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) menyiarkan Agama Islam.

    Mengetahui bahwa di daerah timur ada sebuah pedukuhan yang masih menganut Agama Sanghiang, Mbah Kuwu Cerbon bersama pengikutnya lalu mendatangi Pagedangan untuk menyampaikan Agama Islam.

    Wilayah Pamosongan di Desa Ciledug Lor, dulu bernama Pagedangan. (Ciayumajakuning.id)

    Ki Bledug Jaya yang kala itu masih bernama Ki Malewang, menyambut baik kedatangan Mbah Kuwu Cerbon dan secara sukarela masuk Agama Islam. Untuk menambah keyakinan, Ki Malewang bersama pengikutnya lantas mengangkat sumpah di depan Mbah Kuwu Cerbon sebagai bukti kesetiaan.

    Saat sumpah itu dilaksanakan, tiba-tiba langit menjadi gelap tertutup mendung dan halilintar yang sangat dahsyat menyambar tubuh Ki Malewang dengan suara menggelegar “Bleduuug…”.

    Advertisement

    Tubuh Ki Malewang tetap  tegar, tidak  bergetar  dan  tidak  berubah. Sejak kejadian itu Ki Malewang mendapat gelar “ Ki Bledug Jaya” pada tahun 1479.

    Tempat pengambilan sumpah Ki Malewang masuk Islam di depan Mbah Kuwu Cerbon diyakini hingga kini berada di suatu tempat yang bernama Bale Kabuyutan yang lokasinya berada sekitar 300 meter ke arah timur Kantor Kecamatan.

    Sementara mengenai penamaan Ciledug, menurut Dadang, kala itu Ki Bledug Jaya minta dikirimkan prajurit tangguh dari Caruban Larang guna melatih para pemuda dan orang dewasa di Pagedangan.

    “Usai bantuan pasukan datang, mereka melatih penduduk di suatu tempat yang mengakibatkan tempat itu menjadi berdebu (ledug– Bahasa Jawa),” jelas Dadang.

    Sehingga, sambung dia, air (Cai-Bahasa Sunda) yang akan digunakan untuk mandi, mencuci dan minum bercampur ledug (debu),

    Advertisement

    “Akhirnya tempat latihan itu terkenal dengan sebutan Ciledug hingga sekarang,” pungkasnya.

    Mengenai latar belakang siapa sebenarnya sosok Ki Bledug Jaya akan dibahas pada artikel selanjutnya.

     

    Bersambung… ***

    Advertisement
    Continue Reading

    Yang Lagi Trend