Connect with us

    Budaya

    Bertemakan ‘Coet’, Bupati Cirebon Larung Air di Helaran Budaya Cai Diraga Ciledug Lor

    Published

    on

    CIAYUMAJAKUNING.IDHelaran Budaya Cai Diraga di Desa Ciledug Lor, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon kembali digelar usai dua tahun vakum akibat pandemi covid-19.

    Awal lahirnya helaran budaya ini diperuntukkan masyarakat setempat untuk mengobati trauma dari bencana banjir tahun 2018 yang digelar pertama kali tahun 2019.

    Helaran budaya yang digelar oleh Komunitas Weringin Midang Jati merupakan gelaran kedua sekaligus bertujuan mewariskan nilai-nilai seni dan budaya.

    Dipusatkan di Lapangan Sepak Bola Desa Ciledug Lor, kegiatan budaya yang mengambil tema ‘Coet, Tanah Liat Yang Hampir Tak Terlihat’ tersebut berlangsung selama tiga hari, Jumat hingga Minggu (19 -21/08).

    Alasan mengambil tema itu, menurut penasehat acara Cai Diraga Mbah Roni disebabkan kerajinan gerabah yang merupakan produk UMKM khas Desa Ciledug Lor selama ratusan tahun hampir memudar di kalangan generasi muda.

    Advertisement

    “Karena sulitnya dalam menjual dan proses membuatnya,” katanya, Sabtu (20/08).

    ‘Coet’ atau cobek, kerajinan gerabah khas Desa Ciledug Lor. (ciayumajakuning.id)

    Generasi yang tersisa saat ini, dikatakannya, hanya tersisa satu keluarga.

    Sebab beberapa puluh tahun yang lalu, masih mudah dijumpai penjual gerabah khas Desa Ciledug Lor di pinggir jalan terutama di sekitaran Pasar Ciledug. Namun kini keberadaannya hampir punah.

    “Sekarang mah sisanya (penerus usaha kerajinan gerabah-red) tinggal Emak, A,” tutur salah satu pengrajin saat ditemui di kediamannya di Desa Ciledug Lor, Rabu (17/08).

    Meski begitu, hal itu terus diupayakan bersama dengan melibatkan beberapa komunitas lintas budaya, agama dan etnis untuk bergotong royong mempertahankan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki.

    Coet yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti cobek tidak hanya tempat membuat sambel atau wadah tahu gejrot, tapi kini alat masak tersebut sedang diusahakan untuk menembus pasar luar negeri.

    Advertisement

    “Kalau di Eropa, mereka sudah tidak lagi gerabah sebagai alat masak, tapi karya seni, jadi tentu kita harapan dan targetnya kesana,” ujarnya.

    Sementara itu, pada hari terakhir helaran budaya, Minggu (21/08) hadir pula Bupati Cirebon Imron Rosyadi beserta tamu undangan lainnya.

    Aksi barongsai di hadapan Bupati Cirebon. (ciayumajakuning.id)

    Usai disuguhkan atraksi dari beberapa komunitas seni dan budaya, mereka bergegas menuju Sungai Cisanggarung untuk melakukan ritual larung air.

    Berjarak 300 meter arah utara dari lapangan, lokasi ritual tersebut berada di tepi sungai tepat dibawah jembatan perlintasan kereta api.

    Bupati Imron beserta tamu undangan lalu silih berganti menuangkan sebilah bambu yang berisikan air kembang secara perlahan ke sungai.

    Usai melakukan prosesi larung air, Bupati Imron mengatakan budaya tradisional seperti ini perlu dilestarikan sekaligus juga dapat mempererat kerukunan antar masyarakat.

    Advertisement

    “Saya berharap acara pelestarian alam lewat acara ini bisa diwujudkan di tempat lain. Kita gali hal yang lebih baik lagi. Mari kita Ksi kabupaten Cirebon dengan kegiatan yang baik,” tutupnya.

    Sehari sebelumnya, atau tepatnya Sabtu (21/08) malam, kegiatan budaya Cai Diraga turut dihadiri pula Wakil Ketua Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Golkar sekaligus mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi dalam agenda bertajuk ‘Ngaji Budaya bersama Kang Dedi Mulyadi’. ***

    Continue Reading

    Yang Lagi Trend