Connect with us

Budaya

Diharapkan Jadi Ikon Budaya, Tradisi Saptonan Meriahkan Hari Jadi Kuningan ke-534

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.ID – Memiliki daya tarik tersendiri, tradisi saptonan dan panahan kembali digelar oleh Pemkab Kuningan dalam rangka memperingati Hari Jadi Kuningan ke-524 di Lapangan Sepak Bola Desa Ancaran, Kecamatan Kuningan, Kamis (01/09).

Seakan dibawa ke zaman dahulu, rangkaian gelaran kearifan lokal ini diringi dengan parade keprajuritan, atraksi seni dari tiap-tiap kademangan, seba kademangan ke raja (Bupati), ketangkasan berkuda, dan panahan tradisional lengkap dengan iringan musik sunda.

Acara dimulai dengan Tari Persembahan dan Tari Panahan, Doa dan Pembacaan Sinopsis Sapton.

Dalam gelaran itu, di ceritakan tentang Kerajaan Kajene (Kuningan) kembali menampakan diri dengan raja atau adipati, patih, mantri jero, hingga para tumenggungnya.

Dengan pakaian jaman kerajaan, lima Kawadanan beserta pasukannya beriringan satu persatu menampilkan atraksi seni, seba dan keunikan lainnya dihadapan bupati atau raja yang dilanjutkan laporan dari pupuhu demang dan langsung di balas oleh bupati atau raja.

Advertisement

Selanjutnya, penyerahan seba dari tiap kawedanan dan penyerahan simbolis tombak dan panah kepada jugul dan peserta panahan oleh bupati/raja. Serta atraksi kejuaraan ketangkasan berkuda, diakhiri dengan panahan tradisional oleh Forkopimda.

“Tradisi Saptonan dan Panahan Tradisional menggambarkan Kerajaan Kajene (Kuningan) pada jaman dahulu, yang sekarang ditampilkan dalam kemasan atraksi pagelaran budaya dengan keunikan yang demikian menarik,” ungkap Bupati Kuningan Acep Purnama.

Ia menerangkan, dahulu, saptonan merupakan acara rutin tiap hari Sabtu setelah kegiatan seba upeti (persembahan hasil bumi) yang dilaksanakan di sekitar Kerajaan Kajene.

Kegiatan tersebut, menurut Bupati Acep, mempunyai makna mendalam seperti, heroisme dan patriotisme dalam bela negara serta kebersamaan antara pemerintah dan rakyatnya.

Bupati Kuningan Acep Purnama saat menghadiri tradisi saptonan. (Pemkab Kuningan)

“Intinya, saptonan sebagai refleksi dalam menjalin kehidupan sosial masyarakat, rasa kekeluargaan antara rakyat dan pemerintahnya,” jelasnya.

Bupati Acep berharap budaya yang bernilai sejarah dan tradisi tinggi ini bisa menjadi ciri mandiri atau ikon Kabupaten Kuningan yang memiliki kekayaan keindahan alam luar biasa.

Advertisement

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kuningan Toto menyebutkan, para peserta saptonan ini terdiri dari Adipati (sekarang bupati), Patih (Wakil Bupati), Mantri Jero (Sekda), Gedeng (Asisten Daerah/Kadis), Demang (Camat).

Sedangkan Kademangan di Kuningan terdiri dari Sura Adipati (wilayah Kecamatan Kuningan), Jaya Giri (Kecamatan Cilimus), Mandala Jaya (Kecamatan Ciawigebang), Raksa Kancana Jaya (Kecamatan Luragung) dan Bratasana Jaya (Kecamatan Kadugede).

“Selain itu ada tumenggung, sekarang kepala desa atau lurah, prajurit adalah para staf kecamatan atau desa dan kelurahan, serta gundal atau jugul yakni juru pelihara kuda dan kusir,” ucap Toto.

Kegiatan saptonan, sambung dia, pernah meraih penghargaan penampilan terunik pada ajang Festival Olahraga Tradisional Tingkat Nasional (Fotradnas) ke-12 di Solo beberapa waktu silam dan dapat menyedot kunjungan wisatawan.

Sedangkan untuk peserta ketangkasan berkuda, kata Toto, yakni mereka yang telah menguasai keahlian menunggang kuda.

Advertisement

“Di acara kali ini hanya 20 orang yang telah direkomendasikan organisasi Pendokar Kuningan, sementara untuk peserta Panahan Tradisional dari anggota Perpani Kabupaten Kuningan,” pungkasnya. ***

Continue Reading

Yang Lagi Trend