CIAYUMAJAKUNING.ID – Guna menyambut puncak perhelatan Presidensi G20, Forum Mahasiswa Bali bekerja sama dengan KRAMA Udayana dan Lentera Indonesia Institute menggelar diskuki publik di Rumah Coffe & Community Jl. Gatot Subroto VI No. 5, Kota Denpasar.
Dialog publik yang mengusung tema ‘Menyambut Puncak Perhelatan Presidensi G20 di Bali: Sebagai Upaya untuk pemulihan Ekonomi Global’ itu, menurut Ketua Pelaksana Tobby Avieframudya, bertujuan sebagai upaya mendukung terselenggaranya perhelatan G20.
“Forum ini merupakan bentuk kepedulian mahasiswa untuk mensukseskan perhelatan Presidensi G20 di Bali. Sebagai tuan rumah kita harus menjaga kondusifitas dan kelancaran jalannya perhelatan G20 di Bali,” ujar dia dalam sambutannya, Sabtu (23/09).
Akademisi Program Studi (Prodi) Hukum Universitas Mahendradatta Denpasar Dwika Aresti yang hadir sebagai pembicara mengatakan, perhelatan G20 di Bali sebagai momentum penting mahasiswa untuk menunjukkan perannya kepada masyarakat.
“Perhelatan G20 merupakan momentum bagi mahasiswa untuk menyampaikan kepada masyarakat dalam menyikapi berbagai macam isu,” ucapnya.
Karena menurut Dwika, selain untuk membangkitkan perekonomian, juga memberikan pendidikan bahwa Indonesia bukan Negara yang berjalan sendiri dalam mengembangkan bangsanya di segala bidang.
“Dan jangan pernah pesimis dengan apa yang dilakukan pemerintah,” imbuhnya
Karena dalam kegiatan G20, menurut dia, para peserta memiliki kepentingan besar juga terhadap Indonesia terkait pembangunan dan keadilan sosial.
“Kalau memang ada protes, catat. Kemudian pelajari, baru bisa berdemo,” imbuhnya.
Sementara itu, Asy’ari Mushlih selaku ketua Pimpinan Wilayah PSNU Pagar Nusa Bali yang fokus dengan isu-isu keamanan dan perdamaian di Bali mengapresiasi diskusi publik yang diselenggarakan oleh mahasiswa tersebut.
Menurutnya, walaupun ada pro kontra di arus bawah, mahasiswa sebagai agen of change harus memiliki pemahaman yang utuh terkait dengan perhelatan G20 di Bali sehingga tidak mudah terprovokasi oleh kelompok-kelompok tertentu untuk melakukan aksi atau turun ke jalan menolak G20.
“Jadi kita memberikan pemahaman kepada mahasiswa dari segala sisi termasuk bagaimana menjaga stabilitas keamanan, memahami strukturisasi di G20, kemudian langkah-langkah pemerintah untuk membawa bangsa ini lebih baik kedepannya,” terang Muslih.
Ia berharap dengan adanya G20 membawa dampak positif terlepas dari apapun keputusan di G20 namun setidaknya perheletan tersebut menjadi tonggak awal perubahan.
“Di perhelatan G20, kita bisa banyak belajar dan melihat peluang bagaimana kita turut merasakan keterlibatan, meskipun tidak sebagai orang yang berkecimpung secara langsung,” ujar Muslih.
Dalam momentum perhelatan G20 di Bali, sambung dia, mahasiswa harus turut andil untuk menyebarkan informasi positif yang diharapkan bisa menjadi tonggak awal dalam perjalanan perbaikan ekonomi akibat pandemi covid-19.
“Mahasiswa harus berperan dalam menjaga stabilitas keamanan perhelatan G20 di Bali, tidak mudah terkecoh dengan isu-isu yang bertujuan mengganggu kelancaran perhelatan G20,” imbuhnya.
Adapun Fathul Karim, kader Gerakan Pemuda Islam (GPI) Bali mengatakan, selaku tuan rumah, perhelatan G20 memiliki banyak manfaat untuk pemulihan ekonomi masyarakat Bali.
“Selain itu, berdampak juga terhadap keterisian kamar hotel dan pemulihan lapangan kerja di industri pariwisata,” tuturnya.
Penyelenggaraan Presidensi G20, kata dia, juga meningkatkan kesejahteraan UMKM lokal seperti pengrajin kain tenun khas Bali yang dapat dijadikan souvenir dan peningkatan mutu fasilitas umum.
Kegiatan diskusi publik tersebut juga dihadiri para peserta dari elemen mahasiswa dari berbagai kampus, Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP) serta masyarakat Bali. ***