https://ciayumajakuning.id
No Result
View All Result
Jumat, 3 Februari 2023
  • Umum
  • Seni & Budaya
  • Pariwisata
  • Kuliner
  • Ekbis
  • Teknologi
  • Lifestyle
  • Cek Fakta
Informasi Seputar Cirebon Raya
No Result
View All Result
Home Sosok

Jadi Panglima Perang 10 November, Berikut Alur Kehidupan Kiyai Abbas

by Andika
9 November 2022
in Sosok
Ciayumajakuning.id

Kiyai Abbas merupakan sosok panglima perang pada peristiwa 10 November 1945.

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

CIAYUMAJAKUNING.ID – KH Abdullah Abbas seorang ulama besar di Jawa Barat Pengasuh Pesantren Buntet di Desa Mertapada Kulon, Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat. Ulama asal Cirebon itu dikenal sebagai Panglima Perang dalam Peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dan ia juga pernah menjabat Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Nama lengkapnya Kiyai Haji Abbas Djamil bin Abdul Djamil bin Muta’ad. Ia adalah putera sulung dari pasangan KH. Abdul Jamil dan Nyai Qari’ah. Sedangkan kakeknya, K.H. Muta’ad, menantu pendiri Pesantren Buntet, Mbah Muqayyim. Mbah Muqayyim adalah Mufti pada masa pemerintahan Sultan Khairuddin I dan Sultan Kanoman.

BacaJuga

Dorong Kemajuan UMKM dan Pelaku Ekraf, BMW Luncurkan Ruang Kreatif

Cara Legislator Gerinda Bantu Warga Jabar Lewat Mobil Siaga

Kang Reza Putera Cirebon Berhasil Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari Institute Educando Para A Paz Brazil

Hotman Paris Hutapea Sebut Razman Arif Nasution Orang Yang Menjijikan

Masa kecil Kiyai Abbas banyak dihabiskan dengan belajar pada ayahnya sendiri, K.H Abdul Djamil. Setelah menguasai dasar-dasar ilmu agama, barulah Abbas muda berguru pada ulama lain seperti K.H. Nasuha di Pesantren Sukanasari Plered Cirebon, K.H. Hasan pimpinan pesantren salaf di Jatisari dan K.H Abu Ubaidah, pimpinan pesantren di Giren Tegal, Jawa Tengah.

Setelah menguasai ilmu keagamaan, ia pindah ke Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan K.H Hasyim Asy’ari, tokoh kharismatik yang kemudian menjadi pendiri NU.

Pengalamannya di Pesantren Tebuireng menambah kematangan kepribadian Kiyai Abbas, sebab di pesantren itu ia bertemu dengan para santri lain dan kiyai terpandang seperti K.H Abdul Wahab Hasbullah dan K.H. Abdul Karim yang akrab dipanggil Mbah Manaf Lirboyo, Kediri.

Walaupun keilmuannya sudah cukup tinggi, namun ia seorang santri yang gigih. Karena itu ia tetap memperdalam keilmuannya dengan belajar ke Mekkah.

Saat itu di sana masih ada ulama Jawa terkenal yang dijadikan tempat berguru, yaitu Syaikh Mahfudz Termas.

Di Mekkah, ia bermukim bersama K.H. Bakir Yogyakarta, K.H. Abdillah Surabaya dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah Jombang. Sebagai santri yang sudah matang, ia ditugasi untuk mengajar mukmin Indonesia yang ada di sana.

Sepulangnya dari Mekkah, Kiyai Abbas kerap menemui hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari di Tebuireng Jombang. Bersama KH. Abdul Wahab Hasbullah dan K.H Abdul karim, ia ikut membidani lahirnya Pesantren Lirboyo, Kediri.

Sepeninggal ayahnya, Kiyai Abbas memegang tampuk kepemimpinan pesantren. Salah satu terobosan utamanya yang ia lakukan adalah pengenalan sistem madrasah di pesantren sembari tetap mempertahankan sistem pengajaran tradisional seperti sorongan, bandongan, dan ngaji pasaran.

Sebagai seorang kiyai muda yang energik, ia mengajarkan berbagai khazanah kitab kuning, namun ia tak lupa untuk memperkaya dengan ilmu keislaman modern yang mulai berkembang saat itu.

Ia mulai mengenalkan kita karya ulama Mesir seperti Tafsir Thanthawi Jauhari yang banyak mengupas masalah ilmu pengetahuan kepada santrinya. Demikian juga kitab Tafsir Fakhrurrazi yang bernuansa filosofis itu juga diajarkan.

Pengajaran ushul fiqh di Pesantren Buntet mencapai kemajuan yang sangat pesat, sehingga pemikiran fiqh para alumni Buntet sejak dulu sudah sangat maju. Sebagaimana umumnya di pesantren, fiqh memang merupakan kajian yang diprioritaskan, sebab ilmu itu menyangkut kehidupan sehari-hari masyarakat. Di masa kepemimpinanya inilah Pesantren Buntet mengalami perkembangan yang sangat besar.

Dengan sikapnya itu, nama Kiyai Abbas dikenal ke seluruh Jawa sebagai seorang ulama yang alim dan berpikiran progresif.

Namun demikian ia tetap rendah hati pada para santrinya, misalnya ketika ditanya sesuatu yang tidak dikuasainya, atau ada santri yang minta diajari kitab yang belum pernah ia kaji, maka ia akan berterus terang bahwa ia belum menguasai kitab tersebut.

Pada tahun 1928 ia mendirikan Madrasah Abdul Wathan Ibtidaiyah yang mengajarkan bidang studi umum.

Dalam hal ini K.H Abbad mengambil pedoman dari perkataan Imam Syafi’i yakni “Peliharalah nilai lama yang baik dan ambil nilai baru yang lebih baik”, yang kemudian menjadi motto Pesantren Buntet dan juga NU sampai sekarang.

Melihat banyak peran yang dilakukan olehnya terutama saat menjadi panglima perang 10 November nama Kiyai Abbas sudah dianggap menjadi seorang pahlawan.

Oleh karena itu, Melihat hal tersebut banyak pihak mengingkan Kiai Abbas sapaan akrabnya disematkan sebagai pahlawan Indonesia. Bupati Cirebon Drs H Imron MAg pun menyikapi terkait penyematan gelar pahlawan bagi Kiyai Abbas.

Untuk dapat mengajukan penyematan gelar pahlawan, dikatan Imron meminta adanya permohonan dari pengasuh Pesantren Buntet sekaligus memberikan pernyataan sejarah atas apa yang sudah dilakukan Kiai Abbas bagi Indonesia.

“Saya kira untuk permohonan penyematan gelar pahlawan untuk Kiai Abbas harus dimulai dari pengasuh Pensantren Buntet,” ungkapnya, Rabu (9/8/2022).

Masih kata dia, setelah adanya pengajuan itu tentunya harus melalui proses pengkajian oleh tim-tim ahli dibidang sejarah. Maka pada proses pengkajian tersebut tentunya membutuhkan juga masukan dari kiai Pensatren Buntet.

“Dalam prosesnya pasti harus dikaji secara ilmiah dengan melibatkan akademisi dan praktisi sejarah,” ucapnya.

Syarat untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional, sambung dia, mestinya gelar tersebut layak disematkan bagi Kiai Abbas yang dahulunya sebagai panglima perang 10 November 1945.

“Kalau saya secara pribadi setuju kalau Kiai Abbas disematkan gelar pahlawan, karena saya juga mendapatkan cerita kalau Kiai Abbas berperan dalam perang 10 November 1945,” jelasnya.

Diungkapkannya, Ide ini merupakan ide yang bagus dan perlu diperjuangkan. Meskipun harus melalui sejumlah proses pengkajian oleh pihak-pihak yang berkompeten.

“Setelah melalui proses pengkajian nantinya akan di ajukan kepada DPRD untuk disepakati penyematan gelar pahlawan itu,” pungkasnya. ***

Tags: Hari Pahlawan 2022Kiyai AbbasPanglima Perang 10 November

Related Posts

Batur Mba Wulan

Dorong Kemajuan UMKM dan Pelaku Ekraf, BMW Luncurkan Ruang Kreatif

2 Februari 2023
Tina Wiryawati

Cara Legislator Gerinda Bantu Warga Jabar Lewat Mobil Siaga

2 Februari 2023
Kang Reza

Kang Reza Putera Cirebon Berhasil Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari Institute Educando Para A Paz Brazil

26 Januari 2023
Razman Arif Nasution

Hotman Paris Hutapea Sebut Razman Arif Nasution Orang Yang Menjijikan

25 Januari 2023
Raden Mas Panji Sosrokartono

Tak Banyak yang Tahu Sosok Jenius Raden Mas Panji Sosrokartono

24 Januari 2023
Megawati Sopir Truck Kasdi

Megawati Terharu Oleh Sopir Truck Saat Pidato, Ternyata Kasdi Koruptor Asal Purbalingga

11 Januari 2023
  • Suami Istri Asal Pabuaran Luka Parah Ditusuk Perampok di Ciledug Cirebon

    Suami Istri Asal Pabuaran Luka Parah Ditusuk Perampok di Ciledug Cirebon

    185 shares
    Share 74 Tweet 46
  • Polsek Pabuaran Bekuk Satu Pelaku Penusukan di Ciledug Cirebon, Diduga Adik Korban

    57 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Diduga Harta Warisan Jadi Motif Penusukan Sepasang Suami Istri di Ciledug Cirebon

    19 shares
    Share 8 Tweet 5
  • Tak Butuh Waktu Lama Polisi Berhasil Ciduk Pelaku Penusukan di Ciledug

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • 13 Rumah di Desa Jatiseeng Kidul Ciledug Terendam Banjir, Warga Desak Dibangun Tanggul

    10 shares
    Share 4 Tweet 3
ExtraBed.id
ExtraBed.id

Redaksi | Tentang Kami | Pedoman Media Siber

Partner

© 2020 ciayumajakuning.id - PT. Sonde Mitra Utama
No Result
View All Result
  • Umum
  • Seni & Budaya
  • Pariwisata
  • Kuliner
  • Ekbis
  • Teknologi
  • Lifestyle
  • Cek Fakta

© 2020 ciayumajakuning.id