Connect with us

Umum

Kasus DBD Kabupaten Cirebon Alami Kenaikan di Tahun 2022

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.IDKasus DBD Kabupaten Cirebon pada tahun 2022 kemarin tercatat oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Kasus DBD Kabupaten Cirebon tercatat terbanyak di Kecamatan Plumbon menjadi satu daerah dengan jumlah kasus yang mengalami kenaikan.

Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, dr Hj Neneng Hasanah, melalui Subkor Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) pada Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P), dr Luqman Denianto mengatakan, kasus DBD Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2021 kemarin.

Menurut Luqman, selama tahun 2022, kasus DBD mencapai 1.815 kasus. Dari jumlah tersebut, 11 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan tahun sebelumnya (2021) jumlahnya hanya 820 kasus.

“Meskipun selisihnya hampir seribu kasus. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tidak menetapkan kasus kejadian luar biasa (KLB),” kata Luqman, Kamis (12/1/2023).

Advertisement

Ia menjelaskan, kasus terbanyak dari peningkatan yang terjadi pada tahun ini berada di lima kecamatan.

“Kasus terbanyak DBD di Kabupaten Cirebon ada lima kecamatan, yaitu Plumbon, Plered, Weru, Palimanan dan Depok,” terangnya.

Meskipun kasus banyak, angka kematian bila dibandingkan tahun sebelumnya lebih rendah secara presentasi.

“Jumlah kematian akibat DBD memang ada 11 orang di tahun lalu atau 0,5 persen, tapi secara presentasi masih di lebih rendah bila dibandingkan tahun lalu yang mencapai 0,8 persen,” terangnya.

Sebaran kasus DBD di Kabupaten Cirebon, lanjut Lukman, sudah terdeteksi di beberapa daerah, terutama yang berdekatan dengan kota, dan juga kawasan industri, seperti di Kecamatan Plumbon, Kedawung dan Plered.

Advertisement

Sedangkan, Lukman menambahkan, di awal tahun 2023 pihaknya telah mencatat sudah ada 6 kasus DBD di daerahnya.

“Sudah ada 6 kasus di bulan Januari minggu pertama. Mudah-mudahan tidak tidak terjadi lonjakan yang besar,” harapnya.

Menurutnya, DBD dapat dicegah dengan gerakan 3M plus yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang, serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Metode itu, kata dia, yang paling tepat untuk mengendalikan dan mencegah nyamuk berkembang biak.

Pengasapan atau foging saat ini dinilai Sartono, sudah kurang baik, karena ketika menggunakan bahan kimia, maka nyamuk dapat beradaptasi dan kebal terhadap pengasapan.

“Yang terpenting itu menerapkan gerakan 3M plus PSN, agar nyamuk tidak berkembang biak. Kami memang sudah mengurangi pengasapan, karena kurang efektif,” katanya. ***

Advertisement
Continue Reading

Yang Lagi Trend