Connect with us

    Umum

    Solusi Selamatkan Pemuda Sebagai Generasi Calon Pemimpin

    Published

    on

    CIAYUMAJAKUNING.ID – ‘Pemuda hari ini merupakan pemimpin di masa depan’, demikianlah pepatah terkenal berbunyi. Merekalah pemimpin masa depan umat ini.

    Namun sayangnya, pemuda saat ini telah kehilangan identitas mulianya seiring dengan banyaknya kasus-kasus negatif yang melingkupinya.

    Mereka terlibat tawuran, geng motor, terjerat narkoba, perundungan, dan pergaulan bebas.

    Kondisi itulah yang menggerakkan para pendidik generasi guna berkumpul dalam sebuah Forum Guru Muslimah Inspiratif dengan tema ‘Selamatkan Generasi Calon Pemimpin’.

    Ustazah Lusi Nidia Parlina, selaku narasumber menggambarkan jika pemuda memiliki potensi kekuatan.

    Advertisement

    “Sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan terdapat 65,82 juta pemuda di Indonesia pada 2022,’ ungkapnya di Kabupaten Majalengka, Minggu (15/01).

    Beliau yang juga seorang praktisi pendidikan membeberkan, di tinjau dari kelompok umur, pemuda Indonesia paling banyak berada di kelompok umur 19-24 tahun, yakni 40,10%.

    Lalu, sebanyak 39,56% pemuda pada kelompok umur 25-30 tahun, dan , 20,34% berusia 16-18 tahun.

    Potensi ini adalah kekuatan bagi umat dan pemuda adalah detak jantung dan harta berharga bagi umat. Bila detak jantung itu berhenti bagaimana masa depan umat?

    Ustazah Lusi kemudian memaparkan bagaimana profil pemuda Muslim.

    Advertisement

    Antara lain Mus’ab bin Umair, pemuda dengan kecerdasan pikiran dan berakhlak mulia yang bertugas untuk mengajarkan Agama Islam serta bacaan Al Qur’an kepada orang beriman serta telah berbaiat kepada Rasulullah SAW.

    Selanjutnya ada Muhammad al-Fatih, sang penakluk Konstantinopel. Di usianya yang masih muda, yakni 25 tahun mampu menaklukkan Konstantinopel di Romawi Timur.

    Profile pemuda dari kalangan Muslimah ada Asma’ binti Abu Bakar, yang dij uluki pemilik dua selendang.

    Pada saat Rasulullah SAW dan ayahnya, Abu Bakar RA, hendak melaksanakan hijrah di malam hari, ia menyobek selendangnya menjadi dua bagian untuk menutupi bekal yang di bawa oleh Rasulullah SAW. Asma’ selalu dengan sepenuh hati membela Islam.

    Selanjutnya ada Nusaibah binti Ka’ab, seorang wanita yang memiliki kesabaran luar biasa dan telah mengantarkan kedua putranya syahid dalam sebuah pertempuran. Bahkan dirinya pun ikut dalam peperangan dan mati syahid.

    Advertisement

    Namun, pemuda hari ini jauh dari gambaran tersebut. Harta berharga itu kini telah terkubur dalam lumpur yang teramat pekat. Mereka diperebutkan dan menjadi korban dalam kerusakan sistem sekularisme.

    Pemuda hari ini memang berani mati namun bukan untuk membela kebenaran Islam akan tetapi untuk kesenangan duniawi.

    Pemuda hari ini sangat lemah iman, tidak taat pada syariat, memiliki adab yang rendah, hedonis, materialis, serta moderat dan liberalis.

    Sistem demokrasi pun telah menjadikan pendidikan tidak merata, low skill, menciptakan kemiskinan yang akut, kesehatan masyarakat rendah. Para ibu yang seharusnya menjadi pendidik generasi harus pergi bekerja ke luar negeri.

    Dalam kehidupan sosial pun memunculkan tindak kriminalitas, mabuk, terlibat narkoba hingga seks bebas.

    Advertisement

    Psikologi pemuda pun terganggu dan banyak yang depresi.

    Dalam lingkup keluarga memunculkan keretakan hubungan anak dan orang tua.

    “Di sinilah letak kepedulian kita sebagai pendidik generasi,” ujar Ustazah Lusi.

    Peran guru kata dia, mutlak di butuhkan dan perlu membentengi para siswa dengan penanaman akidah yang kuat.

    Guru berperan mencetak generasi unggul, mendidik para siswa dengan tsaqofah-tsaqofah Islam.

    Advertisement

    Peran guru di harapkan untuk berjuang bersama umat. Secara individual bisa meluruskan kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan hukum syariat.

    Ia pun kemudian memberikan solusi bagaimana mengatasi permasalahan di kalangan pemuda.

    Pertama, berkomitmen dengan upaya penyelamatan pemuda. Kedua, takwa dan tawakal dalam ikhtiar. Ketiga, sampaikan kebenaran.

    “Kini saatnya para pendidik untuk berkontribusi mengembalikan para pemuda ke arah yang benar,” ucap Ustazah Lusi.

    Ia juga menyerukan kepada para guru untuk turut bersama memperjuangkan penerapan syariat Islam kaffah sebagai solusi segala problematika kehidupan. ***

    Advertisement
    Continue Reading

    Yang Lagi Trend