Connect with us

Budaya

75 Tahun Forum Perlindungan Warisan Jalur Sutera Maritim Cirebon dan Tiongkok

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.IDKabupaten Cirebon menjadi tuan rumah Forum Perlindungan Warisan Jalur Sutera Maritim, sebuah agenda prestisius Pemkab Cirebon dan Pemkot Guangzhou, Tiongkok di Hotel Patra Jasa, Kecamatan Kedawung, Rabu (14/05).

Forum ini menjadi momen bersejarah dalam menggali kembali akar kejayaan pelayaran dan perdagangan kedua bangsa yang terjalin sejak berabad-abad silam.

Bupati Cirebon Imron Rosyadi menegaskan kekayaan budaya Cirebon tak bisa di lepaskan dari peran besar para pelaut Tionghoa.

“Khususnya tokoh legendaris Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming,” ujarnya.

Sosok pelaut ulung ini bukan hanya membawa rempah dan keramik tetapi juga menyebarkan pengaruh budaya, ilmu pengetahuan hingga nilai-nilai toleransi.

Advertisement

Laksamana Cheng Ho membawa pengaruh besar terhadap perkembangan pelabuhan dan kerajaan di Cirebon.

Pelabuhan Muara Jati bahkan di kenal luas hingga mancanegara.

“Dari sinilah akulturasi budaya mulai tumbuh dan membentuk identitas Cirebon seperti yang kita kenal hari ini,” ucap Bupati Imron.

Jejak percampuran budaya itu masih hidup dan nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kabupaten Cirebon.

Dari cita rasa kuliner seperti nasi goreng, capcay, moho hingga sayuran kailan dan pakcoy tetap menghiasi meja makan rumah tangga.

Advertisement

Arsitektur dan motif batik dengan sentuhan Tiongkok menjadi bukti visual dari harmoni budaya yang telah berlangsung berabad-abad.

Imron mengisahkan tentang tujuh ekspedisi besar Cheng Ho yang melibatkan lebih dari 27.000 awak dan ratusan kapal.

Salah satunya membawa sang laksamana berdagang ke Muara Jati (1415), membangun mercusuar dan membentuk komunitas Muslim Tionghoa.

Seperti di wilayah Srindil, Talang, dan Gunung Sembung yang di pimpin oleh tokoh Qung Wu dari Mazhab Hanafi.

“Jejak sejarah ini ingin kita hidupkan kembali dan kami berencana membangun museum khusus dan menggali data sejarah lebih dalam,” jelasnya.

Advertisement

Para peneliti menyebutkan masih banyak bangkai kapal karam era Cheng Ho di perairan Cirebon yang belum terungkap.

Sementara itu, Liu Xiao Ming, Ketua Delegasi Tiongkok menilai Cirebon adalah contoh hidup dari integrasi budaya lintas bangsa.

Ia menyebut Cirebon menjadi tempat nilai-nilai Tionghoa, Arab, India dan Jawa menyatu.

“Cirebon adalah simpul penting dalam jaringan perdagangan kuno Asia Tenggara,” ujar Liu.

Salah satunya dengan temuan kapal karam Dinasti Song Utara tahun 2005 di laut Cirebon yang memuat 230.000 artefak seperti keramik dan uang logam.

Advertisement

Ia juga menyebutkan ahwa sejak 2023, Guangzhou telah menginisiasi program budaya ‘Ungkapan Bunga Jalan Sutra’ di Cirebon.

Pada November 2024, Cirebon resmi menjadi kota pertama di Indonesia yang tergabung dalam Aliansi Kota Warisan Jalur Sutra Maritim.

Forum ini juga bertepatan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Tiongkok.

“Melalui kerja sama ini, kami harap tercipta model kolaborasi nyata dalam perlindungan dan pengembangan warisan Jalur Sutra Maritim,” tutup Liu. ***

Advertisement
Continue Reading

Yang Lagi Trend