Connect with us

Umum

Jadi Tuan Rumah, Kota Cirebon Suarakan Empat Isu dalam Musrenbang Jabar 2025

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.IDKota Cirebon menjadi tuan rumah Musrenbang Jabar 2025 sebagai bagian dari rangkaian penyusunan RKPD 2026 dan RPJMD 2025–2029 yang di gelar di Gedung Negara Cirebon, Rabu (07/05).

Wali Kota Cirebon Effendi Edo dalam musrenbang menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas sektor dan wilayah dalam merancang Jabar.

“Forum ini menyusun prioritas pembangunan, ruang untuk menyatukan langkah, menyelaraskan visi dan memperkuat sinergi,” ungkapnya.

Pemkot Cirebon dalam musrenbang menyoroti empat isu strategis yang di nilai penting untuk mendapatkan perhatian dari Pemprov Jabar.

Pertama, Cirebon sebagai kota pesisir menghadapi tantangan kompleks dari abrasi pantai hingga persoalan pengendalian ruang dan ekosistem laut.

Advertisement

Butuh peran aktif pemprov dalam menata kawasan pesisir secara berkelanjutan dalam mendukung potensi ekonomi, wisata dan menjaga keseimbangan ekologis.

Kedua, dengan 11 titik perlintasan dan lebih dari 170 perjalanan kereta setiap hari, Cirebon menjadi salah satu kota dengan tingkat kepadatan rel yang tinggi.

Hal ini, menurut Edo, memicu kemacetan serta risiko kecelakaan yang tinggi.

“Kami butuh keterlibatan provinsi sebagai penghubung dengan kementerian dan pihak terkait demi solusi jangka panjang,” jelasnya.

Ketiga, pihaknya telah mengidentifikasi sejumlah titik rawan banjir dan berharap ada sinergi antara kota, provinsi dan lembaga guna mempercepat normalisasi sungai.

Advertisement

Keempat, pihaknya sudah melakukan peningkatan kualitas jalan tapi mobilitas ekonomi yang kian dinamis menuntut kualitas infrastruktur yang lebih baik.

“Kami berharap dukungan provinsi, baik teknis maupun penganggaran lintas wilayah,” pinta Edo.

Sementara itu, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi (KDM) menekankan pentingnya keterlibatan semua elemen dalam memperkuat konektivitas.

Proses penyusunan RPJMD 2025–2029, lanjutnya, akan mengikuti tahapan Gerbang Pancaniti yang terdiri dari Niti Harti (memahami makna).

Lalu Niti Surti (menelaah kondisi), Niti Bukti (melihat data), Niti Bakti (melaksanakan) dan Niti Sajati (memaknai secara utuh).

Advertisement

“Ini menjadi dasar dalam memastikan arah pembangunan tetap berpijak pada kebutuhan nyata masyarakat,” ujar KDM. ***

Continue Reading

Yang Lagi Trend