Connect with us

Umum

Penyematan Gelar Pahlawan Nasional ke Kiai Abbas Buntet Cirebon Tinggal Selangkah Lagi

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.ID: Sosok Kiai Abbas Abdul Jamil asal Buntet Pesantren Cirebon tak lama lagi akan resmi mendapat gelar pahlawan nasional. Berbagai langkah dan upaya sudah ditempuh teutama penelitian dan seminar.

Salah satunya bedah buku berjudul Dari Pesantren ke Medan Perang Kiprah Kiai Abbas Buntet dalam Revolusi Surabaya 1945 di Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC).

Dalam bedah buku tersebut, Kiyai Achhmad Saeful Halim, anak dari sahabat Kiai Abas, seorang Pahlawan Nasional Abdul Chalim mendapat kesempatan menjadi keynote speaker.

Pada kesempatan itu Asep menceritakan, perjuangan Kiai Abas bersama ayahandanya berperang melawan penjajah Belanda hingga Indonesia Merdeka.

Ia mengatakan, dalam perjalanan pemberian gelar pahlawan nasional, Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Pusat yang selanjutnya disingkat TP2GP sudah mendapatkan hasil yaini sangat memenuhi syarat (SMS).

Advertisement

“Nah TP2GP ini nanti akan bertemu dengan dewan gelar. Kemungkinan tak lama lagi gelar keluar sekitar bulan Oktober. Novembernya seremoni,” ujar Kiai Asep.

Menurutnya Kiai Abas buntet, banyak terlibat dalam perjalanan para pejuang untuk Indonesia Merdeka. Pada masa mudanya Kiai Abas pernah terlibat pada sumpah pemuda.

Kemudian hasil dari keikutsertaan Kiai Abas di Sumpah Pemuda, Kiai Abas mengusulkan Bahasa Indonesia menjadi kurikulum di Pondok Pesantren Buntet Cirebon.

“Beliau ini memang sangat peduli dengan pendidikan, hasil dari beliau ikut Sumpah Muda diusulkannya Bahasa Indonesia dalam kurikulum di Pondok Pesantren Buntet,” katanya usai memberikan Keynote Speaker, Kamis (21/8/2025).

Sosok Kiai Abbas dikenal sangat peduli dengan dunia pendidikan. Oleh karena itu, pada tahun 1938 Kiak Abbas bersama Kiai Achmad Chalim membentuk Perguruan NU yang menjadi cika bakal Pergunu.

Advertisement

Bahkan, pada detik-detik perang 10 November, sosok Kiai Abbas secara keras menolak diplomasi dengan penjajah. Semangatnya memotivasi 60 juta umat islam Indonesia saat itu untuk melawan para penjajah.

“Sehingga begitu kuatnya perjuangan nya dan memberikan motivasi sehingga terwujud nya Indonesia merdeka,”katanya.

Sementara itu, salah satu Narasumber pada Bedah buku, Usep Abdul Matin mengapresiasi kegiatan Bedah Buku ini.

Menurut nya Bedah Buku ini menjadi salah satu penguat untuk penobatan Kiai Abbas Buntet sebagai pahlawan nasional.

“Bedah buku ini penegasan dari apresiasi dan keinginan kuat dari masyarakat umum khususnya masyarakat akademik di kampus ini untuk memperkuat pengusulan Kiai Abbas Abdul Jamil sebagai calon Pahlawan Nasional yang sudah memenuhi syarat,”katanya.

Advertisement

Terkait Kiprah Kiai Abbas yang menolak diplomasi, Usep menjelaskan, pada saat itu pemerintah Indonesia era Soekarno lebih memilih jalur diplomasi dikarenakan keterbatasan kekuatan.

“Jalur diplomasi ini karena melihat kekuatan militervmusuh lebih banyak daripada kekuatan militer bangsa sendiri, tapi setelah Bung Karno melihat kenyataan di lapangan di Surabaya dan begitu muncul solidaritas sosial dari umat islam yang berjumlah 60 juta siap berani mati perang fisik terbuka maka Bung Karno merubah, solidaritas sosial ini untuk mencapai misi masa depan,”katanya.

Sementara itu, Rektor UINSSC Prof Dr Aan Jaelani, Menyampaikan, UINSSC sangat mendukung digelar nya Bedah Buku ini sebagai penguat diusulkannya Kiai Abbas sebagai Pahlawan nasional.

“Kami sangat meneladani semangat dan spirit juang Kiai Abbas Abdul Jamil sebagai tokoh penting di Cirebon yang peduli terhadap pendidikan, dan juga salah satu Pahlawan Kemerdekaan,”kata Aan.

Advertisement
Continue Reading
Advertisement

Yang Lagi Trend