Connect with us

    Umum

    Surat Terbuka Pasien Positif Covid-19 Cirebon Untuk Presiden Dan Menkes, Ini Isinya !

    Published

    on

    CIREBON, – Setelah dalam kondisi yang membaik, satu pasien positif covid-19 yang serang menjalani isolasi di RSD Gunung Jati, Riki Rachman Permana membuat surat terbuka bagi Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

    Riki menjelaskan alasannya membuat surat terbuka di sosial media twitter dan Instagram karena tahapan proses administrasi yang dilakukan terkait hasil swab laboratorium terlalu bertele-tele. Sehingga dirinya bersama Pasien Dalam Pengawasan (PDP) harus menunggu lama untuk mengetahui hasil uji laboratorium guna melihat kondisi perkembangan selama proses isolasi.

    Ada dua poin yang ingin disampaikan Riki kepada Presiden Jokowi dan Menkes Terawan dalam penanganan covid-19. Dalam surat tersebut Riki menyoroti pemerintah yang dinilai terlalu prosedural sehingga menghambat kinerja tim medis.

    “Yang saya rasakan sekarang saya masih menunggu hasil swab ketiga yang sampelnya diambil tanggal 14 Maret lalu belum keluar juga,” kata dia, Sabtu (28/3/2020).

    Apa yang dialami Riki sama dengan pengalaman pasien lain di ruang isolasi RSD Gunung Jati Cirebon. Selain lama menunggu, hasil swab dari Litbangkes Kemenkes tidak langsung dikirim ke rumah sakit.

    Advertisement

    Riki menyayangkan keputusan pemerintah yang dianggap bertele-tele sehingga membuat pasien lain baik positif maupun PDP menunggu lama untuk masuk ke ruang isolasi.

    “Dari obrolan saya dengan petugas medis alur penerimaan hasil swab itu lewar dinas dulu di provinsi kemudian kabupaten dilanjutkan ke rumah sakit. Ini menurut saya rada tidak beres yang sedang berjuang hidup dan mati di rumah sakit loh,” ujar dia.

    Riki menyayangkan prosedur hasil litbangkes masih menggunakan gaya lama. Pemerintah, kata dia, tidak memanfaatkan teknologi ditengah krisis dan pandemi covid-19.

    Imbasnya, kata tim dokter tidak bisa langsung bertindak seperti memberi resep kepada pasien positif maupun PDP.

    “Dokter bingung memberi resep dan obat selanjutnya karena hasil swab belum keluar. Akhirnya dokter hanya menyembuhkan gejalanya saja seperti saya gejalanya demam saya diberi obat penurun panas seperti paracetamol. Pasien lain misal di pernafasan dokter kasih alat bantu ventilator,” ujar dia.

    Advertisement

    Dalam situasi genting seperti ini, kata dia, pemerintah seharusnya bisa memangkas jalur birokrasi. Manfaatkan layanan aplikasi digital hingga surat elektronik.

    “Dibalik lah birokrasinya hasil lab ke rumah sakit dulu kemudian ditembusi ke pemkab dan pemprov. Atau kirim via email atau file kirim pesan whatsapp kan bisa. Ini kan aneh menurut saya dijaman teknologi,” ujar dia.

    Riki berharap, surat terbuka yang di publikasi melalui aku sosial medianya itu mendapat respon baik dari pemerintah. Sehingga upaya penanganan covid-19 di Indonesia dapat lebih cepat teratasi.

    Continue Reading
    Click to comment

    Leave a Reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Yang Lagi Trend