Connect with us

Budaya

Respon Budayawan Cirebon Soal Penggantian Nama Provinsi Jawa Barat Jadi Tatar Sunda

Published

on

Ciayumajakuning.id, Cirebon: Pemerhati sejarah dan budaya Cirebon Jajat Sudarajat mengaku tidak bisa menerima usulan pergantian nama tersebut. Sebab, secara kultur Cirebon dianggap berbeda dengan masyarakat Sunda pada umumnya.

“Sah-sah saja kalau mau mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi Tatar Sunda. Karena secara historis memang ada kaitannya tapi kalau benar-benar ingin diubah saya minta untuk dikaji terlebih dahulu,”
kata Jajat, Jumat (16/10/2020).

Dia mengaku pernah melihat catatan bahwa sejak tahun 2003 Cirebon sudah diakui menjadi salah satu suku bangsa di Indonesia. Oleh karena itu, Cirebon tidak bisa disamakan dengan Suku Sunda.

Bahkan, ditengah polemik pergantian nama tersebut, Jajat kembali memunculkan wacana yang lama tenggelam. Yakni wacana pembentukan Provinsi Cirebon.

“Cirebon salah satu suku di Indonesia yang ada di Jawa Barat notabene Sunda itu benar. Tapi secara kultur sudah berbeda. wacana mmbentuk Provinsi Cirebon sudah lebih dulu,” ujar dia.

Advertisement

Jajat mengaku, secara historis, Cirebon tidak terlepas dari Sunda yakni kerajaan Padjajaran. Sebab, Pangeran Walangsungsang atau Mbah Kuwu Cirebon yang membuka lahan pertama di Cirebon merupakan Putra
dari Prabu Siliwangi Raja Padjajaran dari Sunda.

“Tapi dari sejarah mundurnya kerajaan Sunda, Galuh, Padjajaran Rajagaluh adalah kebangkitan Kesultanan Cirebon yang banyak dikenal dengan ketokohan Syarif Hidayatullah yang merupakan salah satu cucu
Prabu Siliwangi,” ujar dia.

Jajat menegaskan perlu kajian mendalam jika wacana perubahan nama tersebut ditindaklanjuti. Menurut dia, Cirebon memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri.

“Daripada harus berada dibawah naungan provinsi tatar sunda, ya sudah lanjutkan wacana Provinsi Cirebon dan Jawa Barat pecah jadi dua. Kita punya Indramayu yang memiliki kesamaan kultur bahasa dan
sejarah,” ujar Jajat.

Advertisement
Continue Reading

Yang Lagi Trend