Lifestyle

Presiden Gen-Z Bius 300 Mahasiswa Peserta Leadership Camp GenBi 2024 BI Cirebon

Published

6 bulan ago

24 Juni 2024

CIAYUMAJAKUNING.ID – Sebanyak 300 mahasiswa penerima beasiswa BI yang tergabung dalam Komunitas GenBI (Generasi Baru Indonesia) mengikuti kegiatan Leadership Camp GenBi 2024 di aula gedung BI Cirebon, Kota Cirebon, Sabtu (22/06).

Di aula gedung peninggalan Belanda ‘De Javasche Bank’ itu, mereka tampil menarik dengan dresscode profesi impiannya.

Leadership Camp GenBi 2024 bertema ‘Leadership in The Digital Era: Mewujudkan Pemimpin yang Otentik Untuk Menciptakan Peluang di Masa Depan’.

Dalam kegiatan tahun kedua ini, narasumber dihadirkan guna meningkatkan capability anggota dalam hal pengembangan softskill di era digital.

Menurut Pembina GenBi Afrina Rachmadina M, hal tersebut sesuai dengan komitmen BI.

“Bukan hanya beasiswa yang diberikan, tetapi juga pengembangan skill.” ujarnya.

Sementara itu Presiden Gen Z Rian Fahardhi (24) mengatakan saat tidak berbicara menyuarakan persoalan orang lain, maka hal itu akan menjadi masalah kita.

“Empati beperan penting, mengutip falsafah jawa ‘Urip iku urup’ bahwa kita di lahirkan bukan untuk berkuasa dan semua hanya untuk diri sendiri,” tuturnya.

Akan tetapi, kata Rian, kita lahir untuk saling memberi, menolong dan membantu sesama tanpa ada rasa pamrih.

Rian merupakan seorang konten kreator yang menjadi salah satu narasumber dan merupakan pemuda Bugis yang lahir di Barru, Sulawesi Selatan.

Dari 1000 konten yang ia buat, ia kerap menyinggung isu-isu yang sedang ramai diperbincangkan.

Pemuda yang lahir ditempat ditemukannya karya sastra terpanjang didunia “La galigo” tersebut juga kerap bersuara mengenai Stereotip negatif yang ditujukan oleh Gen-Z.

Dalam perbincangan kemarin, ia mengutarakan banyak hal mengenai bagaimana seorang Gen-Z bisa menjadi seorang yang mereka impikan, bagaimana stereotip negatif gen-Z itu bisa dipatahkan.

Ia lalu mengutip perkataan salah seorang penulis terkenal ‘Soft skill the winning of character ‘ yang menjadi penentu dan pemenang dalam karakter.

“Di era yang cenderung kolaboratif ini, manusia terlihat sama, yang membuat beda adalah karakter yangbersifat abstrak,” ujar Rian.

Ada empat softskill yang harus dimiliki Gen-Z, yaitu kepempimpinan, komunikasi, kendali diri, dan kolaborasi.

“Jika keempat hal ini sudah tertanam, maka ditempatkan di manapun akan bermakna,” ungkapnya.

Self-awareness (kesadaran diri) dan kendali diri di era digital ini juga harus di miliki Gen-Z. Pria yang gaya bicara nya mirip Nazwa shihab itu berujar “Anak muda yang mahal hari ini adalah anak muda yang mampu mereconect dirinya lalu mendisconect dari gadget, tik tok, Instagram dan akhirnya dia ngga ikut-ikutan, dalam artian FOMO “fear of missing out” yang mempunyai arti kecemasan jika kehilangan informasi atau momen. Karena dia punya prinsip, dia mengenal dan sadar kemampuan dia apa (Self-awareness).

Mahasiswa jurusan KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu berpesan pada Gen-Z jangan biarkan orang lain merebut mimpi kalian.

“Saat kita lelah, bosan, dan jenuh dalam berjuang. Alam bisa membantu kita menyembuhkan dan mengajarkan kita banyak hal,” katanya.

Alam Takambang Jadi Guru, kata dia, merupakan falsafah pendidikan masyarakat Minangkabau yang mempunyai arti pembentukan karakter melalui kearifan lokal yang bersumber dari alam sebagai tempat belajar.

Maksudnya, yakni kita bisa berkelana datang ke berbagai tempat baru, berbincang, berbagi ilmu dengan dengan orang-orang.

“Indonesia tidak akan terang karena obor di Jakarta. Tapi Indonesia akan terang karena lilin yang ada di desa. Lilin-lilin di desa itu lah adalah kita,” pungkasnya.

Penulis : Sharla Putri