CIAYUMAJAKUNING,ID – Menyusul maraknya gerakan boikot terhadap produk yang di duga terafiliasi dengan Israel, air minum dalam kemasan (AMDK) milik Indonesia Le Minerale, kini menjadi pilihan utama masyarakat berdasarkan survei GoodStats.
Managing Editor GoodStats Iip Aditiya mengatakan Brand Le Minerale berhasil menjadi alternatif utama di susul Cystaline, Pristine, Cleo, Club, Prima dan Amidis.
“Le Minerale menjadi merek AMDK pilihan dengan mencapai 47,4 persen menggantikan posisi produk yang terkena boikot,” ujarnya, Selasa (27/08).
Tak ayal, hal ini membuat konsumen beralih ke berbagai produk nasional dan Le Minerale menjadi simbol keunggulan produk lokal.
Le Minerale di anggap mampu menggantikan produk market leader sebelumnya yang telah lama menjadi top of mind di industri AMDK.
Survei bertajuk itu melibatkan 1.000 responden kurun waktu 15-28 Juli.
Sebanyak 70,2 persen responden mendukung gerakan boikot terhadap produk yang terafiliasi Israel, 81,5 persen di antaranya produk makanan dan minuman.
Menurut Iip, hasil survei ini mempertegas jika Le Minerale berhasil punya komitmen untuk mendukung Palestina.
“Sebagai merek asli Indonesia, Le Minerale mendapatkan kepercayaan konsumen sejalan dengan pemerintah yang mengecam tindakan Israel terhadap Palestina,” ujarnya.
Sosiolog UIN Sunan Gunung Jati, Dede Syarif menilai dukungan masyarakat terhadap gerakan boikot Israel sangat kuat.
“Pergeseran ini bukti nyata konsumen kian menghargai dan bangga dengan produk dalam negeri,” katanya saat menjadi pembicara melalui platform Zoom..
Menurutnya Algooth Putranto. era kini lebih mudah melakukan boikot di bandingkan 10 tahun yang lalu karena banyaknya pilihan produk.
ia berharap gerakan boikot tersebut terus bergulir.
“Jika temporer, pesan kuat tak akan sampai kepada perusahaan yang terafiliasi Israel,” ucap Dosen Branding dan Komunikasi dari Universitas Pembangunan Jaya itu.
Sebaran survei berasal dari Sumatra (15,3%), Kalimantan (4,3%), Jawa (66,1%), Sulawesi (4,5%), Bali-Nusa (6,6%) dan Maluku-Papua (3,2%).
Mayoritas tingkat pendidikan responden 52,1% Diploma/S1 sederajat, 34,4% SMA/sederajat dan sisanya S2, SMP dan SD.
Faktor terbesar yang mendorong orang melakukan boikot adalah solidaritas terhadap Palestina (68,1%). ***