CIAYUMAJAKUNING.ID – Lapangan Sepak Bola Desa Ancaran menjadi saksi keseruan gelaran tradisi kearifan lokal Kuningan, Saptonan dan panahan tradisional dalam rangkaian Hari Jadi ke-526 Kabupaten Kuningan, Sabtu (31/08).
Pertunjukkan kolosal yang menggambarkan tradisi raja zaman dulu itu di mulai dengan tari persembahan dan panahan, doa, serta pembacaan sinopsis sapton.
Dalam gelaran di ceritakan Kerajaan Kajene (Kuningan) kembali menampakan diri dengan Raja atau Adipati, patih, mantri jero, hingga para tumenggung.
Di iringi dengan parade keprajuritan, atraksi seni tiap kademanagan, seba (upeti) kademanagan ke raja (Bupati), ketangkasan berkuda dan panahan tradisional.
Tiga kademangan (Jayagiri, Mandalajaya dan Bratasanjaya) beserta pasukannya beriringan satu persatu menampilkan atraksi seni dan seba.
Lalu di lanjutkan laporan dari pupuhu demang dan di balas oleh bupati atau raja.
“Sakabeh anu di kedal lisankeun ku pupuhu demang, ku kula di tarima ku asta kalih kasuhun kalingga murda,” ujar Pj Bupati Kuningan R Iip Hidajat.
“Syukur aranjen cunduk ngariung, datang dina mangsa nu di papag kabagjaan, di aping di jaring ku nu maha kawasa.”
“Naon anu di sebakeun saukur ciri tata titi, tanda minanda karaharjaan, misukur ka nu maha agung malah mandar narima kajembarana.”
“Kula Raja kasebutna, sajatina ngan beda pancen jeung sarera,” sambungnya dengan Basa Sunda.
Selanjutnya, penyerahan tombak dan panah secara simbolis di lakukan Pj Bupati Iip kepada jugul dan peserta.
Atraksi berlanjut saat pasukan berkuda berlomba melempar tombak ke ember berisi air.
Warga pun bersorak saat air tumpah terkena sasaran tombak.
Pagelaran di tutup dengan pertunjukan panahan yang di lakukan setiap peserta perwakilan pademangan.
Sapton atau Saptonan berasal dari kata Saptu (Hari Sabtu).
Konon para raja Kuningan zaman dulu selalu memainkan permainan ini setiap hari Sabtu usai melakukan rapat bersama para panggede. ***