Connect with us

Ekbis

Kisah BUMDes Munjul, Dari Unit Kecil-Sumbang Puluhan Juta

Published

on

Salah seorang warga saat melakukan transaksi di unit usaha BRI link milik BUMDes Munjul

CIAYUMAJAKUNING.ID – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Munjul, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, terus mencuri perhatian berbagai pihak. Dikelola secara profesional, BUMDes ini kerap dijadikan contoh oleh desa-desa lain dalam hal pengelolaan unit usaha dan pemberdayaan masyarakat. Jumat (12/6/2025).

Direktur BUMDes Munjul, Iin Rusnaini, mengungkapkan bahwa banyak desa dari wilayah Cirebon datang langsung untuk studi banding, belajar dan bertukar pikiran.

“Ini suatu kebanggaan bagi kami. Banyak desa datang hanya untuk sekadar sharing, bertanya bagaimana kami bisa memulai dan mengelola usaha desa dengan baik,” kata Iin.

Iin menjelaskan, kunci awal keberhasilan terletak pada komunikasi yang solid dengan Pemerintah Desa (Pemdes). Menurutnya, harmonisasi antara BUMDes dan lembaga desa lain seperti BPD, Karang Taruna, hingga Kopdes menjadi pondasi penting.

“Semua harus saling support, saling percaya dan sinkron. Kita juga rutin koordinasi dengan warga agar terlibat aktif,” ujarnya.

Advertisement

BUMDes Munjul memulai langkahnya dengan membentuk unit usaha BRIlink. Dari keuntungan kecil, modal diputar dan dikembangkan ke berbagai sektor. Salah satu program unggulannya adalah Internet Desa yang kini memiliki lebih dari 500 pelanggan aktif.

“Desa kami menolak masuknya provider luar. Kami ingin layanan internet desa ini dikelola secara mandiri, memberi manfaat ekonomi langsung ke warga dan tidak bocor ke luar desa,” tegas Iin.

Program BUMDes Munjul, salah satunya yakni sesuai dengan program pemerintah seperti layanan Samsat Desa, yang memudahkan warga dalam perpanjangan pajak kendaraan.

Meski telah meraih berbagai capaian, Iin mengakui perjalanan tidak selalu mudah. Masih minimnya partisipasi warga dan keterbatasan dana menjadi tantangan yang terus dihadapi.

“Banyak warga belum memahami sepenuhnya fungsi dan potensi BUMDes. Karena itu, kami gencar melakukan edukasi agar mereka paham dan ikut terlibat,” ungkapnya.

Advertisement

Masalah pendanaan juga menjadi hambatan tersendiri. “Anggaran yang ada, bisa dikatakan masih kurang jika untuk pengembangan usaha yang lebih besar. Kita berharap ada dukungan dari DPRD atau Pemda untuk memperkuat modal usaha desa,” tambah Iin.

Namun, keterbatasan itu tidak menyurutkan semangat pengurus BUMDes Munjul yang sudah berjalan 2,5 tahun ini. Terbukti, dalam tiga tahun terakhir, kontribusi BUMDes terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes) meningkat tajam.

Dari Rp2 juta pada tahun pertama, naik ke Rp20 juta di tahun kedua, dan menembus Rp60 juta pada tahun ketiga.

“Itu angka bersih, setelah dipotong biaya operasional. Artinya, usaha desa sudah berjalan efektif,” tegas Iin.

Setiap pekan, BUMDes Munjul menggelar evaluasi mingguan. Dalam pertemuan itu, semua unit usaha dilaporkan secara transparan, ide-ide baru dibahas, dan solusi terhadap kendala dicari bersama.

Advertisement

“Kita juga kumpulkan warga yang vokal, agar bisa menyumbang gagasan. Kalau idenya matang, kita ajak studi banding,” jelasnya.

Senada dengan itu, Ketua BPD Munjul, Mahmud Jazuli, menyatakan bahwa lembaganya menjadi bagian dari sistem pendukung BUMDes.

“Kami mendampingi dan ikut memproyeksikan masa depan usaha desa melalui BUMDes. Aspirasi warga terus kita serap, termasuk peluang seperti pengolahan sampah, ketahanan pangan, bahkan pengembangan ekowisata dan penanaman buah anggur massal di lahan tidur,” paparnya.

Mahmud menambahkan, program pengelolaan sampah akan menjadi prioritas dan sudah mulai dianggarkan.

“Tujuannya sederhana, agar kita bisa maju bersama. BUMDes bukan sekadar badan usaha, tapi gerakan pemberdayaan yang bisa mengubah wajah desa,” pungkasnya. (ABD)

Advertisement
Continue Reading

Yang Lagi Trend