Connect with us

Lifestyle

Layar Puan “Breaking the Chain” Angkat Suara Perempuan Lewat Film di Cirebon

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.ID: Isu pernikahan anak dan kekerasan terhadap perempuan kembali diangkat dalam acara Layar Puan: Breaking the Chain, yang digelar di Gramedia Grage Mall, Cirebon, Minggu (17/8).

Lewat pemutaran tiga film pendek, acara ini menghadirkan suara perempuan dari Turki, Indonesia, hingga Amerika tentang luka, ketidakadilan, dan keberanian bersuara.

Tiga film yang ditayangkan adalah Algeria Violet, Laut Memendam Luka, dan Worth of A Girl. Usai pemutaran film, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama aktivis sosial, akademisi, dan seniman yang menyoroti persoalan perempuan dari berbagai perspektif.

“Anak-anak di Cirebon masih minim literasi seksual dan pendidikan. Ini pekerjaan rumah besar yang masih harus diperjuangkan, apalagi di kawasan-kawasan rawan seperti sekitar terminal,” ujar Cici Situmorang, aktivis sosial sekaligus dosen, saat memberikan pandangannya.

Sementara itu, M. Gesti Pratiwi, sutradara dan penulis film Laut Memendam Luka, menuturkan bahwa karya filmnya lahir dari kepekaannya terhadap berita-berita kekerasan terhadap anak.

Advertisement

“Saya awalnya sangat sensitif dengan kasus kekerasan anak di bawah umur. Dari situlah saya terinspirasi, termasuk dari tembang Sunda, untuk membawa kisah ini ke layar,” ungkapnya.

Dari sudut pandang seni visual, Nisa Rizkya menekankan bahwa isu pernikahan anak adalah lingkaran setan yang sulit diputus. “Yang paling berat diputuskan adalah praktik pernikahan perempuan dan anak. Karena sering dianggap hal yang biasa, padahal ini bentuk ketidakadilan,” ujarnya.

Selain diskusi, acara juga dimeriahkan oleh penampilan spesial dari Institut Prima Bangsa, yang menambahkan nuansa seni pertunjukan pada malam tersebut.

Layar Puan merupakan bagian dari rangkaian pameran “Breaking the Chain” bersama Musawah Art Collective, sebuah inisiatif yang bertujuan melawan praktik pernikahan anak melalui seni dan ruang dialog.

Acara ini diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk lebih kritis terhadap praktik budaya yang membahayakan perempuan, sekaligus memberi ruang bagi generasi muda untuk menyuarakan keberanian mereka.

Advertisement
Continue Reading
Advertisement

Yang Lagi Trend