Connect with us

Umum

Minimalisir Konflik Sosial, LII Gaet CRSE dan HMI Gelar Dialog Publik di Cirebon

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.ID – Bekerja sama dengan CRSE (Center for Religion, Society and Empowerment) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat ADDIN IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Lentera Indonesia Institute (LII) menggelar forum akademik dialog publik yang mengusung tema ‘Integrasi Agama dan Budaya Sebagai Sarana Meminimalisasi Konflik Sosial’.

Kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian program kerja pengurus LII itu digelar di Saung Perjuangan, Karyamulya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.

“Forum ini sebagai bagian dari ruang untuk mengkaji dan mendiskusikan persoalan atau isu yang terjadi, salah satunya potensi konflik sosial Ini,” tegas Ketua Pelaksana Imam Faruq dalam sambutannya, Kamis (11/08).

Selaku narasumber, hadir pula tokoh muda ICMI Jajat Dorajat yang mengatakan bahwa berbicara agama dalam relasi budaya adalah pada konteks pengalaman, perilaku individu dalam kehidupan sosial masyarakat.

“Agama memiliki peran dalam melegitimasi setiap pengalaman individu di masyarakat sehingga menjadi nilai,” ucap akademisi IAI Bunga Bangsa Cirebon itu.

Advertisement

Ketika agama diterjemahkan ke dalam bentuk pengalaman, sambung Jajat, maka salah satunya akan menampilkan budaya agama yang akan memiliki nilai etis dan estetis.

Karena menurutnya, agama dan budaya memiliki relasi yang sangat kuat dalam membentuk harmonisasi dalam kehidupan sosial masyarakat.

Diskusi akademik digelar di Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon. (ciayumajakuning.id)

“Ketika agama ditafsirkan dalam sebuah pengalaman budaya masyarakat maka akan membentuk peradaban. Karena itu, dengan agama, peradaban masyarakat akan terbentuk secara alamiah,” beber Jajat.

Hal berbeda disampaikan narasumber lainnya Hanung Sito Rohmawati akademisi IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang fokus dengan isu-isu konflik sosial dan agama.

Menurut dia, dibutuhkan upaya yang serius dan kerjasama dalam mengantisipasi dini atas kemungkinan terjadinya konflik sosial di tengah kehidupan masyarakat.

“Salah satunya yaitu dengan kearifan lokal yang merupakan bentuk akulturasi budaya dan agama di Indonesia dan bisa menjadi sarana perjumpaan antar sesama baik yang seagama maupun yang berbeda agama,” terang Hanung.

Advertisement

Sehingga, imbuhnya, hal tersebut bisa menjadikan sarana untuk membangun toleransi dan kesadaran menerima perbedaan.

Dalam diskusi publik tersebut, hadir pula dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon Abdul Muiz Ghazali selaku narasumber serta para peserta diskusi dari berbagai elemen mahasiswa, kampus, OKP, ormas dan masyarakat umum. ***

Continue Reading

Yang Lagi Trend