Connect with us

    Umum

    Berkah Keberagaman dan Inovasi Warga Menjaga Lingkungan di Kampung Proklim Kota Cirebon

    Published

    on

    Ciayumajakuning.id – Konsistensi warga Rw 08 Merbabu Asih Kota Cirebon mengolah sampah dan lingkungan memberi kontribusi dalam upaya menurunkan suhu bumi.

    Pagi itu, Jumat, 4 November 2022 para ibu yang tergabung dalam program Kampung Pangan Lestari dan Hijau (KPLH) Merbabu Asih Keluarahan Larangan Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon sibuk menyirami tanaman di kebun lingkungan mereka.

    Seperti Terong, kangkung, pokcoy, cabai, selada dan tanaman lain untuk membantu memenuhi kebutuhan beberapa jenis bahan pangan kepada warga sekitar Rw 08 Merbabu Asih Kota Cirebon.

    Tidak hanya tanaman, warga di RW 08 Merbabu Asih pun mampu mengolah sampah khususnya plastik menjadi kerajinan yang bernilai. Mereka mengubah botol plastik menjadi hiasan cantik.

    Seperti pot dan bunga yang terbuat dari botol plastik, hiasan dinding yang terbuat dari lepengan vcd, miniatur robot yang terbuat dari botol plastik. Hingga bungkus minuman sachet yang disulap menjadi kerajinan tas jinjing yang cantik.

    Advertisement

    Hasil karya mereka pun laku terjual setiap kali ada kunjungan dari luar untuk belajar mengelola kampung pro iklim (Proklim).

    “Kalau tanaman hasil panennya kita bagi 30 persen untuk anggota sisanya dijual ke warga sekitar Rw 08. Hasil kerajinan biasanya banyak dibeli ketika ada kunjungan dari luar ke KPLH kami,” ujar Ketua PKK Rw 08 Merbabu Asih Kota Cirebon Hartini.

    Siti Kapsah pembuat kerajinan daur ulang plastik KPLH Secerah Pagi Kota Cirebon mengatakan, proses pembuatan satu karya dari daur ulang plastik membutuhkan waktu 3 bulan.

    Siti Kapsah telah membuat berbagai inovasi hasil daur ulang sampah plastik. Mulai pot hias dari botol plastik sampai tas jinjing dari bahan minuman sachet.

    Untuk harga jualnya bervariatif tergantung tingkat kesulitan dan keunikan hasil daur ulang. Tas jinjing dari bahan minuman kopi sachet di jual mulai dari Rp 75.000 sampai Rp 250.000.

    Advertisement

    “Ya pembelinya dari instansi atau kelompok organisasi yang berjunjung belajar mengelola lingkungan dan sampah di kampung ini. Mereka beli untuk oleh-oleh,” ujar dia.

    Dari hasil penjualan kerajinan plastik, Kapsah menyisihkan sebagian penghasilannya untuk kas KPLH. Namun demikian, pandemi covid-19 membuatnya sepi pengunjung hingga berimbas kepada menurunnya daya beli masyarakat terhadap hasil daur ulang plastik.

    Selama dua tahun pandemi covid-19, warga di kampung Merbabu Asih berperan penting dalam membantu masyarakat yang saat itu sedang isolasi mandiri.

    KPLH Proklim Merbabu Asih membantu warga yang isolasi mandiri dengan menyuplai pasokan makanan untuk meningkatkan imunitas tubuh hasil tanaman mereka.

    Kampung proklim yang digagas warga Rw 08 Merbabu Asih tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2009. Ide tersebut berawal dari kegelisahan warga yang lingkungannya selalu tergenang air setiap hujan datang.

    Advertisement

    Ide membuat kampung proklim tersebut berawal dari keinginan Agus Supriono mengubah wajah lingkungan tempat tinggalnya menjadi lebih hijau, asri dan tidak terkena banjir.

    “Dilihat dari singkatan namanya saja Secerah Pagi akronim dari Semoga Cepat Rapih Pekarangan Asri Glowing Indah. Itu yang buat nama anak-anak muda disini,” ujar Agus.

    Agus bersama istri dan 23 warga yang lain mengikuti program yang diinisiasi pemerintah pusat. Berbagai upaya mengedukasi hingga mengajak untuk sadar lingkungan terus dilakukan hingga saat ini.

    Singkat cerita, upaya Agus bersama warga lain tak sia-sia. Penghargaan didapat dalam program proklim yang dijalankannya.

    “Diawali dengan program bank sampah hingga menjadi emas. Hingga akhirnya perlahan warga mulai sadar dan kampung kami sudah tidak lagi kebanjiran,” kata Agus.

    Advertisement

    Berkah Keberagaman

     

    Proklim Merbabu Asih

    Ibu-ibu warga Merbabu Asih Kota Cirebon yang tergabung dalam proklim Secerah Pagi sedang merawat tanaman di kebun milin warga. (Ciayumajakuning.id).

    Sebelum proklim secerah pagi ada, kawasan kampung Rw 8 Merbabu Asih Kota Cirebon kerap tergenang air. Serapan yang kecil membuat air lama untuk surut.

    Saat itu di wilayah Rt 03 dan 06 serta kawasan pemukiman yang dipinggir kali cikenis yang terparah. Agus bersama 25 warga yang lain gencar melakukan pertemuan non formal kepada warga hingga tokoh agama.

    Menurut Agus, keberagaman di wilayah Rw 08 Merbabus Asih menjadi berkah berdirinya proklim. Agus sering berbincang dengan pendeta, biksu, uztaz dengan menitipkan pesan moral tentang lingkungan kepada umat.

    “Disini kan selain masjid ada pure, vihara dan lokasinya berdampingan termasuk warganya berdampingan rukun. Alhamdulillahnya pesan yang kami titipkan disampaikan dan menggugah warga,” ujar dia.

    Advertisement

    Selain jalan agama, Agus juga rutin mengadakan pertemuan non formal dengan ibu PKK baik tingkat Rt maupun Rw. Dibantu sang istri, semangat mengubah wajah perkampungan semakin terlihat.

    “Tapi itu yang saya tekankan adalah kesudian beraksi mengakrabi lingkungan. Kata kuncinya adalah menjelaskan permasalahan yang kompleks sekalipun pada masyarakat awam dengan bahasa awam sampai orang awam mengerti memahami. Kedua seberapa besar anggaran dan grand desain yang sempurna kalau pola pikir belum berubah itu susah,” ujar Agus.

    Keberhasilan Agus bersama warga lain mengubah wajah kampung menjadi hijau mendapat banyak apresiasi. Bahkan, semangat proklim yang digagas Rw 08 Merbabu Asih sanggup menurunkan suhu bumi 2 derajat celcius hasil tim verifikator Pemprov Jawa Barat tahun 2008.

    “Dulu kan targetnya itu dan Alhamdulillah kita bisa mencapai target. Kami menanam sampai 1500 pohon di lahan kritis termasuk kawasan pinggir kali dan berhasil,” kata Agus.

    Kerja keras warga kelompok Proklim Rw 08 Merbabu Asih tak hanya mendapat apresiasi nasional. Beberapa waktu lalu, kata Agus, kampungnya kedatangan mahasiswa S3 dari London.

    Advertisement

    Mahasiwa tersebut membuat tesis dengan tema Adaptasi dan Mitigasi Terhadap Perubahan Iklim. Hasilnya, mahasiswa tersebut mengakui unsur agama berperan penting dalam mendorong percepatan perubahan iklim dan ekonomi sirkular.

    “Melalui khotbah memberi pesan moral dari pemuka agama kepada umat dan berhasil,” kata Agus.

     

    Continue Reading

    Yang Lagi Trend