Connect with us

    Umum

    Memaknai Lingkungan yang Damai dan Hakiki

    Published

    on

    CIAYUMAJAKUNING.ID – Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, artinya setiap individunya tidak bisa hidup sendirian, tetapi harus bersosialisasi dengan individu lainnya di tengah masyarakat.

    Sebab, akan ada sikap saling tolong-menolong, saling menasihati, dan saling ber-muamalah (jual-beli) dalam kehidupan sehari-hari. Tentu, potret ini yang seharusnya terjadi, bukan saling menuduh atau menjustifikasi orang lain tanpa bukti.

    Tak ayal, sekarang begitu banyak masyarakat yang takut berdekatan kelompok Islam Kaffah. Sebab, mereka mengkhawatirkan adanya ide sesat yang tidak sesuai ajaran Islam.

    Ditambah pula takut dicap radikalisme atau sampai terorisme. Padahal, belum terbukti dimana letak kesalahannya secara jelas. Sehingga, demi menjaga lingkungan yang damai dan nyaman, maka pemerintah bertindak cepat untuk menindaklanjuti persoalan radikalisme.

    Salah satunya dengan membentuk Densus 88 untuk mengusut tuntas siapa saja kelompok atau individu yang menyebarkan ide Islam kaffah. Karena akan mengancam kedaulatan negara Indonesia.

    Advertisement

    Begitupula, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) mengajak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Badan Kesatuan Bangsa Politik (Bakesbangpol), dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) bekerjasama dengan SeRVE Indonesia, melatih kader TP PKK Jabar dengan mempromosikan Pendidikan Damai dalam menciptakan lingkungan nyaman, damai, dan sejahtera.

    Harapannya, kegiatan tersebut menjadi garda terdepan dalam menjaga lingkungan dari bahaya masuknya isme-isme yang mengarah pada kekerasan seperti paham radikalisme dan terorisme.

    Acara itu dihadiri sejumlah kader PKK dari daerah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan), Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Cimahi).

    Menurut Sekretaris 1 Bidang Politik DFAT Ellen Henshal yang diwakili oleh Nabila Shabban selaku Senior Policy Officer DFAT menyampaikan banyak faktor yang membuat perempuan dan anak rentan terpapar radikalisme dan terorisme.

    “Hal itu terjadi karena adanya struktur patriarki, ekonomi, dan mengakses informasi di era digitalisasi,” tuturnya, Jumat, (28/10).

    Advertisement

     

    Distorsi Makna Damai nan Hakiki

    Damai dalam KBBI memiliki arti tenang, aman, tidak ada kerusuhan. Jika menurut istilah, damai diartikan sebagai sebuah harmoni dalam kehidupan alami antar manusia dimana tidak ada perseturuan ataupun konflik. Inilah yang didambakan setiap manusia, kehidupan yang tenang dan saling bertoleransi dalam hal apapun.

    Sayangnya, kondisi umat Islam jauh dari kedamaian, ketenangan hidupnya. Sebab, standar damai yang diharapkan sangat berbeda jauh dari kenyataan.

    Banyak sekali, antar sesama muslim saling berprasangka buruk, terutama kepada orang-orang yang hijrah ke Islam Kaffah. Atau bisa juga yang menyuarakan Islam Kaffah mendapat perlakuan buruk di tengah masyarakat.

    Advertisement

    Mereka semua dikatakan radikal dan terorisme. Sehingga, berdampaklah perpecahan antar individu ataupun kelompok.

    Tak heran, sekarang banyak pihak masyarakat yang bekerja sama dengan pemerintah untuk menangkap siapapun yang menyebarkan ide radikal.

    Memang benar, isu terorisme sepertinya masih laku keras di negeri kaum muslim ini. Seolah tidak kehabisan para aktor, selalu saja ada para pemainnya. Terlebih lagi, pemerintah pusat berkomitmen memberantas terorisme hingga ke akar, tak tersisa.

    Bagi mereka, pemicu terorisme adalah radikalisme atau paham radikal. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa radikalisme hanya selangkah dari terorisme, saling berkaitan erat satu sama lain.

    Akhirnya, banyak masyarakat yang menduga bahwa memahami agama Islam tidak harus sempurna, tetapi seperti pada umumnya saja. Karena khawatir disebut terorisme atau dipandang ‘Islam radikal‘.

    Advertisement

    Dugaan inipun dikuatkan dari berita yang selalu menangkap wanita berhijab dan bergamis atau laki-laki yang memakai celana cingkrang, berjenggot.

    Padahal disisi lain, terorisme sendiri masih menjadi tanda tanya besar bagi umat Islam.

    Siapa sebenarnya pelaku terorisme?

    Apa motif di balik aksi tersebut?

    Aparat penegak hukum menyatakan bahwa pelakunya datang dari kelompok Islam. Akan tetapi, pihak di balik pelaku tersebut masih sangat kabur dan gelap.

    Advertisement

    Inilah pengaburan makna yang tak diketahui secara rinci oleh rakyat dan negara. Negara yang seharusnya memberikan ketenangan, tetapi yang ada menjustifikasi agar berhati-hati terhadap individu yang mengajak untuk mempelajari Islam secara mendalam. Dan ini pun tak terlepas dari campur tangan asing (Barat) dalam misinya, menjauhkan umat Islam dari ajarannya.

    Barat memang tidak akan pernah ridho, jika umat Islam bersatu dalam satu kesatuan yang utuh. Mereka takut akan kebangkitan Islam, dan itulah yang menjadikan Barat akan melakukan apapun untuk memecah belah umat Islam.

    Nah, isu terorisme dan radikalisme inilah yang dibalut dengan manis untuk digencarkan ke tengah kaum muslim, agar enggan mempelajari Islam secara mendalam. Maka, jadilah umat Islam sekarang menjadi moderat.

    Kini, sudah saatnya, umat Islam sadar bahwa antar sesama muslim harus bersatu, berpegangan tangan, tidak saling menjatuhkan. Karena Islam hadir dengan membawa misi yang mulia, yaitu menyebarkan rasa kasih sayang, kerukunan, dan kedamaian.

     

    Advertisement

    Damai yang Hakiki

    Pada hakikatnya, misi perdamaian ajaran Islam tercermin dalam kata ”Islam” itu sendiri, yang secara harfiah berarti selamat, sejahtera, aman, dan damai. Didalamnya ada kewajiban amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan perintah Islam.

    Tetapi, harus dilakukan dengan cara yang baik, damai, persuasif, penuh hikmah, bijak, dan pengajaran yang baik. Bukan dengan cara yang mengandung kemungkaran, seperti pemaksanaan, kekerasan, apalagi terorisme.

    Maka, ada beberapa upaya yang harus umat Islam lakukan untuk menjelaskan kedamaian secara hakiki.

    Pertama, berdakwah menjelaskan ajaran Islam yang sebenarnya. Dilakukan dengan cara berdiskusi yang baik, dan tak lupa menjelaskan metode dakwah Rasulullah saw., bukan dengan aksi terorisme.

    Advertisement

    Kedua, menjelaskan ke tengah umat bahwa ancaman sebenarnya ialah kapitalisme, liberalisme. Karena sistem ini membuat berbagai kerusakan di segala bidang kehidupan. Ketiga, memberikan teladan bagi masyarakat bagaimana sebenarnya Islam kaffah. Agar tergambar bahwa akan banyak kemaslahatan yang diraih, bukan kemudhorotan.

    Akhirnya, hanya aturan Islam-lah yang akan membawa kedamaian secara hakiki. Setiap individu diperhatikan agar menjadi orang yang bertakwa, tidak saling menuduh atau fitnah. Masyarakat pun dikelola perasaannya, aturannya agar sesuai dengan aturan Islam. Tak lupa negara (penguasa) yang akan menerapkan Islam secara sempurna. Wallahu’alam bishshawab. ***

    Continue Reading

    Yang Lagi Trend