Budaya
Tradisi Nyiram Gong Sekaten Keraton Kanoman Cirebon, Alarm Pengingat Sucikan Diri
CIAYUMAJAKUNING – Momen keluarnya gong yang berusia lebih dari 500 tahun ini menjadi salah satu kesempatan bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya untuk menyaksikan secara langsung bagaimana rupa gamelan pusaka yang hanya muncul sekali dalam setahun itu.
Ritual ini sekaligus menyiratkan sebagai alarm bahwa bagi siapa pun untuk selalu menyucikan diri dari segala godaan. Lalu bagaimana Prosesi Ritual Pencucian Gong Sekaten? Berikut Ulasannya!
Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina, mengatakan Nyiram Gong Sekaten berlangsung hanya satu kali dalam setahun, tepatnya pada tanggal 7 Mulud Kalender Aboge Keraton.
“Proses keluarnya Gong Sekaten ini menjadi penanda akan di laksanakanya prosesi Panjang Jimat,” katanya.
Proses di mulai ketika keluarga Keraton Kanoman yang di pimpin Pangeran Patih Raja Muhammad Qadiran mengeluarkan gamelan sekaten. Mereka berjalan kaki membawa gamelan ke Langgar Alit untuk di sucikan. Ratusan warga turut hadir menyaksikan tradisi tersebut.
Keluarga keraton lalu membaca solawat dan doa sebelum proses pencucian pusaka itu. Di luar ruangan, para abdi dalem berbaris, menjaga jalur ritual, termasuk tempat pencucian gamelan sekaten.
Pencucian di mulai saat Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran membaca doa dan membasuh gong besar yang dipegang dua abdi dalem. Setelah itu, pimpinan nayaga, melanjutkan pencucian untuk tiga gong besar, 20 bonang, dan 6 rangkaian saron.
Pencucian menggunakan air kembang di sumur Langgar Alit, air kelapa hijau yang sudah di fermentasi, dan batu bata merah yang telah dihaluskan dengan cara mengusapkan tepes (kulit kelapa kering) ke gamelan sekaten yang di tata di atas balok.
Menurut Ratu Arimbi, alat dan bahan untuk membersihkan gamelan sekaten di yakini mampu memperlambat pusaka berkarat sehingga bunyinya tidak fals.
Sejarah Gamelan Sekaten
Ia menambahkan, gamelan sekaten itu merupakan pemberian Sultan Trenggono, Raja Demak Bintoro III kepada Ratu Wulung Ayu yang merupakan putri dari salah satu Wali Songo Sunan Gunung Jati dengan istri Nyimas Tepasari.
Ratu Wulung Ayu mendapat hadiah itu usai di tinggal wafat suaminya, Adipati Unus. Gamelan di berikan saat Ratu Wulung Ayu ingin pulang ke Cirebon. Ia selalu membunyikan gamelan itu setiap Bulan Maulud dan sejak itulah gamelan selalu di cuci hingga saat ini.
Dalam perjalanannya, pusaka tersebut juga di gunakan sebagai media penyebaran ajaran Islam melalui tabuhan gamelan. Imbalan untuk dapat menyaksikan pertunjukan gamelan sekaten adalah syahadat.
Sekaten sendiri berasal dari kata syahadatain atau bersyahadat. Itulah mengapa air bekas pencucian gamelan sekaten yang sudah di doakan dan di beri selawat menjadi rebutan warga agar berkah.
Setelah melakukan nyiram gong sekaten, gong itu kembali di tata di Bangsal Sekaten untuk di tabuh selepas Isya (7 Maulud).
Para Nayaga kembali membuyikan gong itu bersama perangkat gamelan lainnya pada pagi, siang, sore, dan malam hingga atau puncak acara Maulid Nabi Muhammad SAW 12 Maulud (Panjang Jimat).
Hingga kini tradisi Nyiram Gong Skaten masih tetap terjaga sekaligus menjadi saksi bisu kebesaran tradisi Islam di Cirebon tepatnya di Keraton Kanoman Cirebon.
Maka tak heran jika Pemprov Jabar pada tanggl 23 Februari 2023 mengukuhkan Tradisi Nyiram Gong Sekaten Cirebon sebagai Warisan Budaya Takbenda 2023 bersama 54 karya budaya lainnya yang berada di Jabar. ***
- Teknologi2 tahun ago
SamFW Tool 4.0 Tool Gratis FRP Samsung Cukup Satu Klik
- legal2 tahun ago
Dimana Ada Proyek Wajib Ada Papan Proyek, Ini Dasar Hukumnya
- Umum1 minggu ago
Gerakan Pangan Murah di Kabupaten Cirebon Hadirkan Solusi bagi Masyarakat
- Lifestyle1 minggu ago
Program Pembangunan Pemkab Cirebon Diminta Sesuai Kebutuhan Penyandang Disabilitas
- Umum1 minggu ago
Viral di Medsos, Oknum Anggota DPRD Kabupaten Cirebon Diduga Lakukan Pelecehan Seksual
- Budaya1 minggu ago
Tradisi Memitu Indramayu Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia
- Ekbis2 minggu ago
Serikat Buruh Cirebon Timur Temui Pj Bupati Bahas Regulasi Upah Minimum
- Ekbis1 minggu ago
Kuningan Diganjar Penghargaan Pinunjul Award 2024 dari BI Jabar