Connect with us

    Budaya

    Bandungan dan Sorogan, Tadarus Ala Santri Cirebon Selama Bulan Ramadan

    Published

    on

    Ngaji Bandungan dan Sorogan di Ponpes Annur Buntet Pesantren Cirebon

    CIAYUMAJAKUNING.ID: Tadarus menjadi salah satu kegiatan ramadan yang biasa dilakukan umat muslim setelah solat tarawih. Tradisi tadarus itu rutin dilakukan para santri lingkungan pondok buntet pesantren Cirebon setiap bulan ramadan.

    Salah satunya, dilakukan para Santri Ponpes An Nur Buntet Pesantren Cirebon mengaji kitab setelah Al-Quran. Para santri tersebut mendapat bimbingan untuk mengaji bersama selama bulan ramadan.

    Pengasuh Ponpes An Nur Buntet Pesantren Cirebon Kiai Farid Wajdi mengatakan, mengaji atau membaca kitab suci menjadi tradisi rutin pesantren, santri hingga warga sekitar ponpes.

    “Setiap pesantren jelang ramadan tradisi mengaji dari dulu selalu ada. Konsentrasi setiap bulan ramadan termasuk pondok pesantren An Nur,” kata Kiai Farid, Selasa (28/3/2023) malam.

    Selain mengaji Al-Quran, santri juga terbiasa mengaji kitab Barzanji, Bahjatul Wasail, Ta’lim Muta’lim, Bulughul Maram dan Ayyulah Walad. Kiai Farid mengatakan, setiap podok pesantren yang ada di lingkungan Buntet Pesantren Cirebon memiliki ciri khas yang berbeda dalam mengaji kitab.

    Advertisement

    Kiai Farid mengatakan, ngaji Al-quran dan kitab secara terbuka. Santri maupun warga yang berada di lingkungan Pondok Buntet Pesantren Cirebon bebas untuk mengikuti pengajian kitab yang ada di 55 ponpes itu.

    “Namanya ngaji pasaran konsentrasi bulan puasa. Khusus Ponpes An Nur sebelum puasa lebih dulu ngaji pasaran sampai 10 hari pertama ramadan,” ujar Kiai Farid.

    Namun, yang unik dalam tradisi ramadan di pesantren tersebut adalah penamaan istilah mengaji. Kiai Farid menyebutkan, di lingkungan ponpesnya ada istilah ngaji bandungan dan sorogan.

    Dia menjelaskan, ngaji bandungan yakni pengajian yang terdiri dari satu kiai dan banyak santri atau warga yang bergabung. Sedangkan ngaji sorogan adalah santri yang mengaji satu per satu kepada kiai nya.

    “Jadi kalau ngaji sorogan itu ngaji face to face antara santri dan kiai sehingga tahu persis letak kekurangan, kelemahan dan apa yang harus santri perbaiki hasil dari ngaji sorogan,” ujar dia.

    Advertisement

    Kiai Farid mengatakan, 90 santri ponpes An Nur Buntet Pesantren Cirebon mengaji 6 sampai 7 kitab selama satu hari. Sementara jadwal membaca kitab tersebut mulai dari subuh hingga setelah solat tarawih.

    Setelah ibadah Solat Subuh, santri bersama warga membaca kitab barzanji. Kemudian setelah Duhur membaca kitab Bahjatul Wasail dan Tahsin Al-Quran.

    Selanjutnya setelah Ashar, para santri membaca kitab Ta’lim Muta’lim dan Bulughul Maram. Pada malam harinya, setelah solat tarawih, santri melalanjutkan membaca kitab Ta’lim Muta’lim dan Ayyuhal Walad.

    “Kami berharap para santri yang ikut ngaji kitab juga dapat keberkahan dari Wali Allah yang mengarang kitab ini. Yang penting mereka ngaji khatam dan Insya Allah keberkahan mengikuti,” ujar Kiai Farid.

    Advertisement
    Continue Reading

    Yang Lagi Trend