Connect with us

Budaya

Kecamatan Ciledug Didorong Jadi Jangkar Pagelaran Festival Budaya di Cirebon Timur

Published

on

CIAYUMAJAKUNING.IDKecamatan Ciledug yang tumbuh menjadi pusat perekonomian baru di wilayah timur Cirebon mendapat perhatian dari Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda/Bappeda) Kabupaten Cirebon.

Bappelitbangda Kabupaten Cirebon menginginkan setiap kecamatan termasuk Ciledug untuk mengadakan pagelaran festival seni dan budaya sebagai bentuk pelestarian budaya.

“Penyelenggaran festival tersebut tidak boleh sama dan harus menonjolkan ikonnya masing-masing,” pinta Dangi, selaku Sekretaris Bappelitbangda Kabupaten Cirebon yang hadir dalam pertemuan non formal bertajuk ‘Foccus Group Discussion (FGD) Ngopi Bareng’ yang diadakan di Balai Desa Jatiseeng, Kecamatan Ciledug, Sabtu (16/07) malam.

FGD tersebut juga dihadiri elemen putra daerah yang berasal dari berbagai instansi daerah seperti Agum Gumilang iniasiator pertemuan dari Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan (DPKPP Kabupaten Cirebon), M. Danny Fulton dari Dinas Perhubungan (Dishub Jabar), Daniel El Amien dari Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker Kabupaten Cirebon) serta perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar Kabupaten Cirebon) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH Kabupaten Cirebon).

Tak ketinggalan, selaku tuan rumah hadir pula beberapa tokoh masyarakat seperti Sumarno Muhammad Tohir dan Kuwu Desa Jatiseeng Carda.

Dangi lalu merinci hasil penelitiannya di beberapa wilayah di Kabupaten Cirebon seperti Kecamatan Talun. Meski tak memiliki alun-alun, namun ia menyebut jika Kecamatan Talun sudah mulai bergerak mengadakan festival dengan meminjam Gelanggang Olah Raga (GOR) di wilayah Sampiran.

“Sumber akan bergerak di Taman PKK, anak-anak mudanya sudah mulai begitu Kang. Palimanan juga sudah mulai akan hal itu. Mudah-mudahan Ciledug bisa lah,” harap Dangi.

Gapura menuju alun-alun Kecamatan Ciledug. (ciayumajakuning.id)

Kecamatan Ciledug, menurutnya, harus lebih dari kecamatan sekitarnya dalam mengadakan festival budaya.

“Menjadi jangkar untuk Waled, Pabuaran, Pasaleman, Pabedilan dan Losari, Cangkolannya di Ciledug,” jelas mantan Sekretaris Camat (Sekmat) Pasaleman itu menerangkan.

Untuk Kecamatan Pabuaran, pihaknya meminta titik sentral berada di perempatan.

“Arahnya bisa ke alun-alun atau Waled, tinggal pilih saja. Kalau Waled susah,” terang Dangi.

Kecamatan Pasaleman, lanjut dia, masih memungkinkan menggelar festival tahun depan yaitu di alun-alun.

“Losari kemarin minta belum ketemu tempatnya dimana. Untuk Pangenan, mantan Sekmat-nya minta di Kecamatan, saya bilang nggak. Karena lokasi kecamatannya berada di jalur pantura, sepi, langka uwong. Jadi saya minta geser. Asjap (Astanajapura-red) juga belum,” terang pria berkacamata itu.

Bappelitbangda Kabupaten Cirebon memang tengah gencar men-drive (membekali-red) pemerintahan daerah yang berada dilingkupnya dalam hal ini kecamatan untuk memunculkan ciri khasnya masing-masing di 2024 mendatang melalui festival budaya.

“Seperti apa modelnya, nanti ada tim kerja yang ada di wilayah yang turun, ngariung,” imbuh Dangi.

Penampakan Tugu Jatiseeng pada malam hari. (ciayumajakuning.id)

Pria yang tampil dengan mengenakan kemeja biru muda pada malam itu meminta agar di tiap kecamatan nanti disiapkan juga tokoh budayawan dan tokoh muda.

Keberadaan tokoh budayawan bermaksud untuk menggali seluruh adat istiadat, nilai-nilai norma dan sebagainya di wilayah masing-masing.

Anak-anak muda dilibatkan sebagai tim kreasi yang nantinya akan mengemas kekuatan acara seni budaya yang ada di wilayah masing-masing menjadi kekinian.

“Dimana tempatnya, itulah yang tadi menjadi ikon. Apakah nanti di tugu (Tugu Jatiseeng-red),” imbuh Dangi.

Apabila Kecamatan Ciledug akan menggelar festival di Tugu Jatiseeng, ia berharap suatu saat salah satu jalur akses dari tugu ditutup.

“Apakah nanti ini (sambil menunjuk ke Tugu Jatiseeng-red) menjadi ikon Ciledug. Karena kenapa? Karena alun-alunnya sudah mojok kesana. Gak bisa diakses oleh banyak orang,” paparnya.

Dangi berharap, dengan melibatkan usulan dari masyarakat sekitar, keberadaan tugu Jatiseeng tersebut di re-design (tata ulang).

“Karena saya memandang penting keberadan tugu temasuk nilai sejarahnya,” tutup dia. ***

Continue Reading

Yang Lagi Trend